IAEA Kuatir Iran Sembunyikan Aktivitas Nuklirnya
17 November 2009Dalam laporan yang dikeluarkan Senin (16/11), IAEA menuntut informasi lebih banyak dari Iran tentang tujuan instalasi nuklir rahasia tersebut. Menurut laporan itu, Iran memberitahu IAEA lewat surat bahwa negara itu mulai membangun instalasi dalam bunker di bawah gunung dekat kota suci Qom tahun 2007. Namun IAEA memiliki sejumlah bukti bahwa proyek itu dimulai lima tahun sebelumnya. Iran memberitahu pula, instalasi itu mulai beroperasi tahun 2011.
Teheran melaporkan keberadaan instalasi itu kepada IAEA bulan September 2009, menurut diplomat Barat saat itu, setelah menyadari bahwa dinas rahasia AS, Perancis dan Inggris sudah mengetahui hal tersebut.
"Pernyataan Iran tentang fasilitas baru nuklirnya memunculkan pertanyaan tentang apakah masih ada instalasi nuklir lain yang tidak dilaporkan", demikian tulis IAEA dalam laporannya. Badan pengawas nuklir PBB itu meminta pernyataan tegas kepada Iran, apakah negara itu memiliki fasilitas serupa yang akan dibangun, sedang dibangun atau sudah selesai dibangun. Sejauh ini Iran belum memberi jawaban.
Menurut Iran, instalasi Fordow dekat kota Qom itu ditujukan hanya untuk menghasilkan bahan bakar bagi pembangkit energi untuk keperluan sipil. Namun kalangan diplomat dan para pakar mengatakan, dengan kapasitas 300 sentrifugal, instalasi Fordow terlalu kecil untuk memasok bahan bakar bagi pembangkit tenaga nuklir selama 24 jam. Tapi instalasi itu bisa menghasilkan cukup materi bagi satu atau dua bom atom, per tahun.
Laporan IAEA menimbulkan berbagai reaksi. Amerika Serikat mengatakan, laporan itu menunjukkan Iran tidak sepenuhnya memenuhi kewajibannya terkait soal nuklir. Presiden Barack Obama yang tengah berada di Cina memperingatkan konsekuensi yang harus dihadapi Iran. AS dan Cina setuju bahwa Iran harus memberi jaminan pada dunia internasional bahwa program nuklirnya damai dan transparan. Demikian dikatakan Obama dalam konferensi pers bersama Presiden Cina Hu Jintao, Selasa ini (17/11) di Beijing.
Namun Hu bersikap lebih hati-hati. Ia mengatakan, Iran punya kesempatan untuk mendemonstrasikan tujuan damainya, tapi jika gagal memanfaatkan kesempatan ini maka Iran akan menghadapi konsekuensi. Hu juga menekankan perlunya menjaga hubungan diplomatik dengan Iran tetap terbuka dalam sengketa nuklir.
Utusan Iran untuk IAEA, Ali-Asghar Soltanieh, menolak kritik IAEA bahwa sikap Iran yang menunda-nunda pemberian informasi tidak banyak membantu peningkatan kepercayaan terhadap negara itu. Laporan tentang program nuklir Iran pelan-pelan menjadi permainan yang melelahkan, kata Soltanieh. Ia menambahkan, IAEA seharusnya tahu bahwa mempolitisir isu ini hanya akan merusak kredibilitasnya sendiri.
RP/YF/afp/dpa/rtr