IAEA: Masalah Senjata Nuklir dan Kekurangan Dana
7 September 2009Pertemuan dewan Organisasi Energi Nuklir Internasional, IAEA yang dimulai Senin, 7 September di Wina akan berlangsung selama sepekan. 35 anggota dewan memulai diskusi di tengah tuduhan, bahwa direktur IAEA, Muhammad el Baradei tidak mempublikasikan sejumlah data yang dapat membantu untuk menentukan, apakah Iran berusaha membuat senjata atom, sesuai tuduhan negara-negara Barat.
Program Nuklir Iran
Pada saat bersamaan pemerintah Iran menyatakan bahwa hasil penyelidikan yang dilakukan Amerika Serikat berkaitan dengan tuduhan itu hanya rekayasa, dan dokumen-dokumen asli untuk mendukung tuduhan tersebut tidak diserahkan. Tetapi pemerintah Iran juga tidak mengajukan bukti yang memperkuat pernyataannya.
Dalam laporan terakhir tentang penyelidikan enam tahun IAEA atas program nuklir Iran yang kontroversial, el Baradei menyatakan, kesulitan terbesar masih berupa sikap Iran yang menolak bekerjasama. Dokumentasi penyelidikan IAEA berasal dari berbagai sumber intelijen, yang memperkirakan bahwa Iran antara lain berusaha membuat roket berkepala nuklir dan memperkaya uranium.
IAEA Kekurangan Dana
Selain berbagai masalah politik, IAEA juga menghadapi banyak masalah internal. IAEA mengalami masalah kekurangan dana, yang menghambat efisiensi kerjanya. Hal ini juga dinyatakan Direktur Muhammad el Baradei. Pelatih inspektur nuklir IAEA, Jean-Maurice Crété bercerita tentang kesulitan yang dihadapi badan itu. Ia mengatakan, para inspektur pertama-tama harus memiliki ijasah bagus sebagai tenaga ahli dari universitas. Di samping itu mereka juga harus punya pengalaman sedikitnya lima tahun di bidang nuklir. IAEA membutuhkan pakar reaktor, tenaga ahli untuk proses memperkaya bahan bakar. Badan itu terutama memerlukan orang-orang yang dapat bekerja sendirian, dan ini tidak mudah. Jean-Maurice Crété berkata, "soft skills" atau kepandaian untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain sangat penting.
Saat ini 300 inspektur nuklir mengawasi sekitar 1.100 instalasi di seluruh dunia. Mereka semua mengeluh karena badan itu kekurangan tenaga kerja baru. Pakar fisika atom jumlahnya tidak banyak, dan jika mereka bekerja di sektor industri penghasilan mereka lebih banyak daripada bekerja di IAEA. Yang bekerja di IAEA hanyalah orang-orang yang sangat idealis, demikian Jean-Maurice Crété. Dana yang diperoleh bagian tempatnya bekerja jumlahnya sama dengan separuh harga sebuah pesawat tempur. Yang mana yang lebih berguna bagi perdamaian dunia?
Peringatan bagi Dunia
Hadiah Nobel perdamaian yang diperoleh IAEA tahun 2005 lalu juga tidak mengubah situasi kekurangan dana yang terus diderita badan itu. Hadiah Nobel perdamaian adalah keberhasilan terbesar yang diraih Direktur Mohammad el Baradei yang masa tugasnya hampir berakhir. Hadiah itu juga berupa imbalan bagi el Baradei yang dengan tegas terus menampik tuduhan George W. Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah massal. Pakar hukum asal Mesir yang berpengalaman sangat luas itu akan meninggalkan IAEA bulan November mendatang, setelah menjabat sebagai direktur selama 12 tahun.
Menjelang akhir masa tugasnya ia memberikan peringatan yang mendesak bahwa IAEA tidak boleh menjadi tambah lemah. El Baradei menggambarkan bahaya yang mengancam dengan dramatis.
Ia mengatakan, kemampuan IAEA untuk tetap menjalankan sistem pemeriksaan independen telah terancam, demikian halnya dengan kemampuan untuk mendeteksi pengalihan nuklir atau aktifitas nuklir yang dirahasiakan. Risiko, bahwa teroris dapat memperoleh bahan radioaktif dan menggunakannya untuk mengadakan serangan, akan meningkat jika IAEA terus kekurangan dana dan staf. IAEA memerlukan pendanaan yang cukup agar dapat memberikan sumbangan efektif bagi upaya non proliferasi nuklir, keamanan tenaga nuklir dan pengurangan kemiskinan, kelaparan dan penyakit.
IAEA segera membutuhkan dana 80 juta Euro. Itu hanya untuk perbaikan paling penting di gedung kantornya, juga untuk merekrut pekerja baru, yang harus menyelesaikan pekerjaan yang semakin berat.
Eberhard Nembach / Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk