Ibu Serdadu Rusia: "Ukraina Adalah Banjir Darah"
31 Maret 2022Rusia mulai melancarkan serangan militer ke Ukraina pada 24 Februari, dan menyebut invasi itu sebagai "operasi militer khusus." Para serdadu dan keluarga mereka sering tidak diberitahu ke mana mereka dikirim dan untuk misi apa. Terakhir kali, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan 1.351 prajuritnya tewas di Ukraina. Namun sumber NATO memperkirakan sekitar 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia telah tewas sejak 24 Februari lalu. Kebanyakan warga Rusia hanya mendapat berita propaganda dari pemerintahnya, karena media independen dilarang. Sersan Yevgeny, 26 tahun, tewas pada hari-hari pertama serangan Rusia ke Ukraina. Dia sebelumnya belum pernah mengambil bagian dalam operasi tempur. DW mewawancarai ibunya, Natalya (bukan nama sebenarnya -Red).
DW: Bagaimana kabar Anda ?
Natalja: Sangat sulit, sangat menyakitkan. Tidak ada yang akan membawa kembali anakku.
Kapan Yevgeny masuk tentara?
Tepat setelah ujiannya pada tahun 2014, dia bergabung dengan tentara. Dia dikirim ke unit khusus badan intelijen militer luar negeri GRU. Mereka menawarinya kontrak, tetapi saya meyakinkan dia untuk tidak menandatangani, karena dia harus bertugas di zona konflik. Setelah itu, dia bekerja di sebuah perusahaan keamanan, lalu melamar untuk bergabung dengan kepolisian. Tapi dia tidak menyukai pekerjaan itu, dan memutuskan untuk kembali ke militer. Mereka segera mengambil dia lagi, kami hanya punya semalam untuk mengucapkan selamat berpisah. Yevgeny lalu bertugas di garda nasional. Dia suka di sana, dan naik menjadi pemimpin tim. Tugasnya membubarkan aksi-aksi protes di Moskow. Tahun 2017 dia menjadi ayah. Bertemu istrinya waktu masih jadi agen keamanan. Dia lalu pindah ke Moskow, dan mereka menikah.
Bagaimana dia akhirnya dikirim ke Ukraina?
Akhir bulan Januari, sekitar tanggal 25 atau 26, putra saya menelepon, memberi tahu saya bahwa mereka akan dikirim ke kota Smolensk (di Rusia barat, 80 kilometer dari perbatasan Belarus -Red) untuk latihan dengan Belarus. Saya bertanya kepadanya: "Apakah kamu berbohong? Latihan apa?" Saya lalu cari di internet dan menemukan bahwa latihan dengan Belarus telah dilakukan di masa lalu. Saya terus mencari dan mencoba mencari tahu. Saya bahkan tidak memikirkan Ukraina.
Anda tidak tahu, anak Anda dikirim untuk berpartisipasi dalam manuver militer?
Ya. Saya bilang Yevgeny bahwa saya tidak bodoh dan tidak percaya dia dikirim ke Smolensk. Saya terus mencari informasi dan akhirnya menyadari bahwa dia akan dikirim ke Ukraina. Saya ingin mencegahnya. Saya bilang padanya bahwa dia mungkin tidak akan kembali lagi. Dia menjawab: "Kamu bicara apa?!" Dia tidak tahu ke mana dia dikirim. Entah mereka sudah mencuci otaknya, membuat dia berpikir benar-benar akan berpartisipasi dalam latihan. Atau dia tahu apa yang akan terjadi, tetapi tidak dapat membayangkan seperti apa pertumpahan darah itu. Saya kira tidak ada yang mengharapkan itu, bahkan Putin pun tidak.
Apakah ada kontak dengan dia setelah dia pergi?
Dia pergi 13 Februari. Saya bercanda bertanya apa dia suka Smolensk dan jenis makanan mereka. Dia tertawa, dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Terakhir kali saya mendengar kabar dari dia tanggal 24 Februari. Dia menulis lewat akun WhatsApp sesama prajurit, memberi tahu saya: "Bu, perang telah pecah." Saya jawab: "Anakku, saya melihatnya di televisi." Dan dia bilang: "Copa bayangkan, seluruh unit kami terbunuh di perbatasan." Saya tanya: "kamu di mana?" Dia jawab: "Saya di Smolensk, Ibu." Saya pikir dia ada di suatu tempat dekat sana. Karena dari sana mereka diterbangkan ke bandara (Hostomel, dekat Kyiv -Red). Saya bilang: "Tunggu di sana saja." Dan dia balas: "Baiklah, selamat tinggal ibu. Saya harus pergi. Beritahu istri saya bahwa semuanya baik-baik saja." Setelah itu kami tidak pernah mendengar kabar dari dia lagi. Saya selalu membawa ponsel saya. Saya menghabiskan hari-hari menonton televisi, dan membaca di internet. Saya piker, mungkin saya bisa melihat mukannya di suatu tempat. Saya pergi ke gereja setiap hari, menyalakan lilin dan berdoa untuk dia. Tapi saat itu, dia sebenarnya sudah lama mati.
Apa yang membuat Anda berpikir begitu?
Saya membaca di internet bahwa tentara kami menaklukkan Hostomel pada 24 Februari. Semua anak laki-laki kami kemudian dikirim ke sana. Tapi kemudian mereka mendapat serangan dari Kyiv. Mereka dikepung dan tidak ada yang datang membantu mereka. Mereka ditembak dan dibom selama sehari penuh. Bayangkan, bandara pada dasarnya adalah lapangan terbuka. Tanggal 25 Februari, tentara kami mmerebut lagi kendali atas Hostomel. Pada 26 Februari, mereka menemukan Yevgeny. Tapi saya baru diberitahu pada 8 Maret. Unitnya menelepon saya sekitar pukul 13.30. dan memberi tahu bahwa putra saya tewas dalam pertempuran di dekat Rostov (Rostov-on-Don, sebuah kota di Rusia selatan, sekitar 60 kilometer dari perbatasan Ukraina -Red). Saya hamper gila. Saya tidak tahu mengapa mereka bilang begitu. Mungkin karena jenazahnya dikirim ke kamar mayat di Rostov, dan mereka tidak punya informasi bagaimana dia tewas.
Apakah Anda pernah mendiskusikan terntang Ukraina dengan putra Anda di masa lalu?
Sejujurnya, tidak.
Apakah Anda mengerti mengapa serangan ini dimulai?
Saya pikir jika kita tidak mulai membom mereka, Ukraina akan membom kita. Kita tidak punya pilihan. Tapi ada yang tidak beres. Begitu banyak tentara tewas. Kita tidak bisa berhenti, kita harus terus berjuang sampai meraih kemenangan.
Apakah Anda mengerti mengapa Rusia berperang di Ukraina? Apa yang diperjuangkan anak Anda?
Anak saya berjuang untuk kami, untuk rakyat dan negara Rusia. Supaya kita bisa tetap menggunakan ponsel kita, makan dan minum seperti dulu. Dia tidak mati sia-sia, dia mati untuk kita, agar kita bisa menjalani hidup yang panjang dan bahagia, sehingga kita tidak harus hidup dengan perang dan bom dijatuhkan kepada kita.
Di Rusia, media tidak boleh menyebut konflik ini sebagai perang. Apakah Anda menganggap ini sebagai perang atau sebuah "operasi khusus"?
Saya tidak melihat ini sebagai "operasi khusus". Ini adalah perang. Saya sadar, kita tidak bisa menyebutnya begitu, tetapi ini adalah perang. Ini adalah banjir darah. (hp/vlz)
Wawancara untuk DW dilakukan oleh Oxana Ivanova.