ICRC Ingin Gencatan Senjata di Suriah
21 Februari 2012Meski tuntutan Palang Merah untuk melakukan gencatan senjata, hari Selasa (21/2) militer Suriah menembaki kota Homs yang merupakan pusat perlawanan menentang Presiden Bashar al-Assad. Menurut keterangan komite koordinasi setempat, sedikitnya 50 orang tewas dalam serangan hari Selasa di Suriah, termasuk anak-anak. 30 di antara jumalah tersebut tewas di Homs.
Abu Abdo, seorang warga mengatakan: "Kami selalu dihujani tembakan. Di mana-mana terlihat darah. Persediaan makanan menipis. Selalu ada ledakan. Situasi sangat rawan. Tidak ada bantuan medis bagi korban yang terluka."
Menghukum semua warga
Kawasan perlawanan Bab Amr masih tetap menjadi target tembakan. Dari sekitar 100.000 penghuni, dikatakan setengahnya sudah mengungsi. Janda Umm Wisam juga berasal dari Homs. Bersama anggota keluarga lainnya ia mengungsi ke Mafrag, Yordania. Di sana ia tingggal di sebuah bangunan yang belum selesai dan menceritakan keadaan sebelum ia melarikan diri dari Homs: "Bila di suatu tempat di Homs dilancarkan aksi protes, mereka menghukum semua warga - menembak dengan panser dan memblokir pasokan pangan, disel dan gas."
Hukuman kolektif. Palang Merah Internasional (ICRC) kini mengupayakan untuk setidaknya mengurangi penderitaan dalam situasi semacam itu. ICRC adalah satu-satunya organisasi asing yang masih punya petugas bantuan di Suriah. Perundingan terkait dengan pemerintah di Damaskus telah berlangsung. Demikian ditegaskan jurubicara ICRC Saleh Dabakkeh: "Kami meneliti berbagai kemungkinan untuk segera menyalurkan bantuan darurat. Namun persyaratannya adalah gencatan senjata di wilayah yang paling rawan agar Bulan Sabit Merah Suriah dan ICRC bisa mengakses daerah tersebut."
Mesjid tempat merawat korban cedera
Selanjutnya dikatakan bahwa pembicaraan dengan petinggi Suriah bersifat rahasia. Akhir tahun lalu ketika ICRC memohon untuk diijinkan mengunjungi tahanan politik, ICRC harus menunggu jawabannya selama berminggu-minggu. Durasi gencatan senjata yang diajukan adalah dua jam untuk dapat membagikan obat-obatan di Homs. Dr. Mohammed al-Mohhamed mengatakan, ia telah mengubah fungsi sebuah mesjid menjadi tempat penampungan sementara bagi korban cedera: "90 persen yang luka-luka adalah perempuan, anak-anak dan orang tua. Kami hanya punya satu rumah sakit. Karena itu mereka sekarang ditempatkan di mesjid ini. Tetapi tidak ada obat-obatan, bahkan verban pun tidak ada. Kami hanya berdua. Saya, internis dan seorang dokter gigi. Kami telah mendidik kilat 20 orang sebagai perawat. Sejumlah korban luka berhasil datang ke sini, tetapi ada yang tidak. Mereka meninggal."
Sejak serangan militer secara besar-besaran di Homs, ratusan orang tewas dalam pertempuran melawan desertir. Demikian menurut keterangan oposisi. Rusia yang secara politik tetap mendukung Suriah kini menyarakan agar PBB mengirimkan petugas khusus ke Suriah. Ia diharapkan mengupayakan agar bantuan kemanusiaan dijamin di Suriah. Untuk itu Rusia akan mendukungnya. Dubes Rusia di PBB mengatakan, pasokan bantuan pertama dalam wilayah konflik merupakan persyaratan baik bagi stabilisasi aksi semacam itu.
Ulrich Leidholdt/Christa Saloh-Foerster
Editor: Edith Koesoemawiria