Ilmuwan Ingatkan Dunia Terancam Kepunahan Massal Keenam
19 September 2023"Krisis kepunahan "Pohon Kehidupan" sama buruknya dengan krisis perubahan iklim. Hal ini tidak disadari,” kata Gerardo Ceballos, profesor di National Autonomous University of Mexico dan salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
"Apa yang dipertaruhkan adalah masa depan umat manusia,” katanya kepada AFP.
Studi baru tersebut menjadi unik karena alih-alih hanya meneliti hilangnya suatu spesies, penelitian ini juga mengkaji kepunahan seluruh genera (bentuk jamak dari genus).
Dalam klasifikasi makhluk hidup, genus terletak di antara peringkat spesies dan peringkat famili. Misalnya, anjing adalah spesies yang termasuk dalam genus canis, termasuk dalam keluarga canid.
"Ini merupakan kontribusi yang sangat signifikan, saya pikir ini adalah pertama kalinya ada orang yang mencoba menilai tingkat kepunahan modern pada tingkat di atas spesies tersebut,” kata Robert Cowie, ahli biologi di Universitas Hawaii yang tidak terlibat dalam penelitian ini, kepada AFP.
"Dengan demikian, ini benar-benar menunjukkan hilangnya seluruh cabang 'Pohon Kehidupan',” sebuah representasi makhluk hidup yang pertama kali dikembangkan oleh Charles Darwin.
"Studi tersebut menunjukkan, kita tidak hanya memangkas ranting-ranting terminal, tetapi kita juga menggunakan gergaji mesin untuk menghilangkan cabang-cabang besar,” kata Anthony Barnosky, profesor emeritus di University of California, Berkeley.
73 genera punah dalam 500 tahun terakhir
Para peneliti sebagian besar mengandalkan data spesies yang terdaftar sebagai punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, IUCN. Mereka berfokus pada spesies vertebrata (tidak termasuk ikan), yang datanya lebih banyak tersedia.
Dari sekitar 5.400 genera (terdiri dari 34.600 spesies), mereka menyimpulkan bahwa 73 genera telah punah dalam 500 tahun terakhir, yang sebagian besar terjadi dalam dua abad terakhir.
Para peneliti kemudian membandingkannya dengan tingkat kepunahan yang diperkirakan dari catatan fosil dalam jangka waktu yang sangat panjang.
"Berdasarkan tingkat kepunahan dalam jutaan tahun sebelumnya, kita diprediski hanya akan kehilangan dua genera. Namun, ternyata kita kehilangan 73 genera,” jelas Ceballos.
Studi tersebut memperkirakan, bahwa kepunahan itu seharusnya memakan waktu 18.000 tahun, bukan 500 tahun, meskipun perkiraan tersebut masih belum pasti, karena tidak semua spesies diketahui dan catatan fosil masih belum lengkap.
Penyebabnya antara lain adalah aktivitas manusia, seperti perusakan habitat tanaman atau infrastruktur, serta penangkapan ikan yang berlebihan, perburuan dan sebagainya.
"Hilangnya satu genus dapat berdampak pada keseluruhan ekosistem," kata Ceballos.
"Kekhawatiran kami adalah … kami kehilangan banyak hal dengan sangat cepat, sehingga bagi kami ini merupakan sinyal runtuhnya peradaban.”
'Masih ada waktu' untuk bertindak
Semua ahli sepakat bahwa tingkat kepunahan saat ini mengkhawatirkan. Namun, apakah ini merupakan awal dari kepunahan massal keenam, masih menjadi bahan perdebatan. Kiamat kehidupan di Bumi yang terakhir dipicu tumbukan dengan asteroid yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun lalu.
Para ilmuwan secara luas mendefinisikan kepunahan massal sebagai hilangnya 75 persen spesies dalam jangka waktu singkat. Dengan menggunakan definisi "sewenang-wenang” tersebut, Cowie mengatakan, kepunahan massal keenam belum terjadi.
"Namun, jika kita berasumsi bahwa spesies akan terus mengalami kepunahan dengan kecepatan seperti saat ini (atau lebih cepat), maka hal tersebut akan terjadi,” ia memperingatkan. "Kami dapat mengatakan bahwa ini adalah awal dari potensi kepunahan massal keenam.”
Ceballos memperingatkan, peluang bagi manusia untuk bertindak "akan segera tertutup.” Prioritasnya adalah menghentikan perusakan habitat alami dan memulihkan habitat yang rusak atau malahan hilang, katanya.
"Namun, masih ada waktu untuk menyelamatkan banyak genera,” ujarnya. "Ada 5.400 genera, kita bisa menyelamatkan banyak dari mereka jika kita bertindak sekarang.”
ha/as (AFP)