Imlek di Kelenteng Kim Tek Le, Kelenteng Tertua di Jakarta
Kelenteng Kim Tek Le atau Wihara Dharma Bakti di kawasan Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat merupakan kelenteng tertua di Jakarta.
Membakar hio
Kelenteng yang dibangun tahun 1650 ini berada dalam area yang sama dengan Wihara Dharma Bakti yang digunakan umat Buddha. Pasca Indonesia merdeka, Konghucu belum diakui sebagai agama resmi negara. Baru pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat pada 1999-2001, umat Konghucu bebas beribadah dan perayaan Imlek menjadi hari libur nasional.
Bakar Kertas Kim Coa
Menjelang Imlek, semakin banyak orang yang sembahyang untuk para leluhur sehingga penggunaan kertas Kim Coa meningkat. Kim Coa dipercaya jika dibakar di pagoda oleh keturunan leluhur akan memberikan bekal untuk arwah leluhur. Umumnya kertas Kim Coa berisi tulisan doa dan harapan, berwarna emas dengan huruf-huruf Mandarin berwarna merah.
Kelenteng Patung Buddha dan Patung Dewi Kwan Im
Kelenteng Kim Tek Le atau Wihara Dharma Bakti ini pernah terbakar pada tahun 2015. Usai direnovasi, kedua tempat ibadah ini bisa digunakan kembali oleh umat Buddha dan Konghucu, sejak Juli 2017. Satu-satunya benda bersejarah yang bisa diselamatkan adalah patung Dewi Kwan Im yang berusia 300 tahun. Patung itu kini ditempatkan di ruang khusus di kelenteng, tapi tidak boleh didokumentasikan.
Minyak Sembahyang
Tradisi menuangkan minyak sembahyang pada wadah dengan sumbu di kelenteng bertujuan agar saat ada kesulitan penganut Konghucu selalu ada jalan keluar. Dengan minyak yang selalu tersedia untuk sumbu penerangan, diharapkan lampu minyak akan terus-menerus hidup yang melambangkan terang dalam kehidupan.
Good Karma
Melepas burung saat Tahun Baru dinilai akan mendatangkan kebaikan sepanjang setahun mendatang. Burung yang semula dalam sangkar, dibebaskan dengan harapan kesalahan yang dllakukan setahun yang lalu diampuni oleh Yang Maha Kuasa dengan tindakan melepas mahkluk hidup tersebut. Lilin besar yang tampak dalam foto adalah simbol keberuntungan.
Petugas Kebersihan
Agus Faisal sudah bekerja sejak tahun 2010 di Kelenteng Kim Tek Le sebagai petugas kebersihan. Agus Faisal harus membersihkan area sembahyang untuk Dewa Er Lang Shen (Dewa Bermata Tiga) dan Cing Cui Co Se (Dewa Berwajah Hitam). Setiap bulan ia menerima upah 1,5 juta Rupiah dengan waktu kerja bergantian pagi atau sore. Agus mengaku kerasan bekerja di kelenteng.
Pengemis Mulai Berdatangan
Menurut informasi dari pemandu wisata Ira Latief, biasanya menjelang Imlek kawasan rumah ibadah ini sudah mulai dipenuhi pengemis yang sengaja datang untuk meminta sedekah dari pengunjung kelenteng. Umumnya mereka datang bukan dari wilayah sekitar kelenteng dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun.
Penulis Kartu Ucapan Mandarin
Namanya Lim Tju Kwet atau akrab dipanggil Akwet adalah ahli kaligrafi Tionghoa yang sudah bekerja sejak tahun 1960 saat ia berumur 20-an tahun. Ia mewarisi toko ayahnya karena cuma Akwet saja yang bisa kaligrafi dari sembilan bersaudara. Anak-anak Akwet memilih bekerja di luar Indonesia. Akwet hidup dari pesanan orang-orang untuk penulisan ucapan dalam Bahasa Mandarin untuk Imlek, dll.
Tahun Anjing
Tahun 2018 ini dipercaya adalah Tahun Anjing sehingga gambar anjing dominasi ragam kartu dengan amplop merah. Angpao adalah dialek Hokkian yang artinya bungkusan merah. Khusus untuk Imlek, istilahnya Ya Sui atau hadiah tahun baru untuk anak-anak. Biasanya yang berikan angpao adalah orang yang sudah menikah dan yang menerima angpao yang belum menikah, berapapun usianya. Penulis: M. Rijkers (ap/ml)