Dalam interval lima hari, skuad Indonesia (FIFA 149) bertarung melawan dua tim dengan jurang peringkat yang (sangat) tajam: versus Palestina (93) dan kontra Argentina (1).
Hasilnya lumayan membanggakan: tanpa gol vs Palestina di Surabaya dan 'hanya' menyerah 0-2 kepada raksasa dunia Argentina di Jakarta.
Konklusi penting: Indonesia, skuad yang dipoles tangan magis Shin Tae-yong, yang memotong sampai dua generasi, punya potensi mengkilap.
"Ini tim bagus. Punya potensi dan mesti terus diasah," puji Lionel Scaloni, pelatih yang membawa Argentina juara Copa America 2021 dan Piala Dunia 2022.
Scaloni tak asal cuap. Lihat skuad Shin Tae-yong yang didominasi anak-anak muda: Ernando, Arhan, Rizky dan Witan, 21 tahun, Baggot (20), Rafael dan Ivar (19) dan Marselino (18).
Mereka semua bermain versus Argentina, sungguh-sungguh, dengan mental tangguh dan percaya diri meski dalam 30 menit pertama dikurung habis.
Dipimpin kapten Asnawi, masih 23 tahun, plus senior macam Klok, Shayne, Jordi, Dendi, Dimas, mereka semua membangun masa depan tim nasional.
Perlawanan berkelas kontra Argentina, lima hari sebelumnya nyaris menang jumpa Palestina, setidaknya memunculkan harapan kalau sepak bola Indonesia akan segera bangkit, bersinar dan berkilau di level Asia.
Juli depan, tanggal 27, ada drawing kualifikasi Piala Dunia 2026, sekaligus sebagai kualifikasi Piala Asia 2027 di Arab Saudi. Match-nya pada September dan seterusnya.
Nah, Indonesia dengan materi seperti melawan Palestina dan Argentina, harusnya bisa lebih prestatif. Materi yang didominasi anak muda, punya mental tangguh, percaya diri.
Materi ini pula, saya yakini, bisa bersaing di pentas Piala Asia 2023 pada 12 Januari - 10 Februari 2024 di Qatar. Pesaing skuad Garuda di Grup D, ada Jepang, Irak dan Vietnam.
Masih ada enam bulan jelang Piala Asia 2023. Masih lebar durasi persiapan jelang jumpa Jepang, Irak dan seteru di Asia Tenggara, Vietnam.
Saya berharap Asnawi cs yang tampil dominan versus Palestina, dengan ball-posseskon 56:44, akan seperti itu pula saat beredar di Qatar nanti.
Saya berharap totalitas versus Argentina - meski kalah kelas, tapi tidak kalah mental - akan seperti itu pula di Qatar nanti.
Apa yang membesarkan hati? Mental, saya harus tulis ini. Sejak kick-off Argentina menyerang, mengurung, namun defender Elkan Baggot-Jordi juga kerap bikin frustasi Buenanotte, Gonzales, Palacios, Alvarez. Marc Klok, Marselino, Ivar Janner, bahkan hingga Rafael Struick turun melapis.
Selanjutnya, skuad Shin Tae-yong pelan-pelan keluar dari tekanan. Mental terbangun, percaya diri tumbuh, dukungan terus menggila. Presiden Jokowi terlihat histeris saat Ivar dapat peluang, saat long-throw Arhan disundul Baggot tapi ditepis Martinez.
So, teruslah berbenah Garuda. Demi Indonesia, untuk Indonesia. (yf)
Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola
*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.