Indonesia Sebagai Mitra Ekonomi Jerman
4 Juli 2012Dari tahun ke tahun hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jerman semakin meningkat. Ekspor Jerman ke Indonesia tahun 2011 naik 5,3 persen, sebaliknya ekspor Indonesia ke Jerman naik hingga 16,8 persen.
Kualitas Unggul Produk Jerman
Indonesia, sebagai salah satu negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi dalam dua tahun belakangan ini -- yakni mencapai 6 persen -- membuat Jerman memandang negara itu sebagai salah satu mitra bisnis yang cukup penting. Demikian dikatakan pakar ekonomi dari Center for Stategic and Internatinal Studies CSIS, Haryo Aswicahyono, "Karena pertumbuhan ekonominya tinggi, Indonesia membutuhkan barang modal, misalnya untuk pembangunan pabrik-pabrik dan mebangun mesin-mesin, yang mana Jerman punya keunggulan komparatif di bidang tersebut. Sementara Indonesia juga memiliki. keunggulan komparatif, misalnya di sektor energi, tambang, mineral, agrikultur yang bagus untuk diekspor ke Jerman.“
Seorang pengusaha Indonesia, Handri Kusdian dari PT Kwarsindo, mengamini pernyataan tersebut. Meski harga barang yang ditawarkan kadangkala lebih tinggi dibandingkan yang ditawarkan oleh negara-negara lain, kualitas produk Jerman tetap menjadi acuan bagi importir mesin daur ulang itu untuk mengimpor produk dari Jerman, "Mungkin kompetitor dari negara-negara Asia belum sampai ke tingkat kualitas itu. Kapasitas maupun kualitas Jerman, jauh lebih baik.“
Sekitar 250 perusahaan besar Jerman berbisnis di Indonesia. Di antaranya, Siemens, BASF, Beiersdorf, Merck, Henkel, Südchemie, Allianz AG, DHL, Schenker, Lufthansa, BMW, Mercedes-Benz dan lain-lain.
Hambatan Investasi
Selama ini kalangan investor asing kerap mengeluhkan hambatan birokrasi dan masalah pungutan liar dalam berbisnis di Indobnesia. Namun menurut pakar ekonomi dari CSIS, Haryo Aswicahyono, sedemikian lamanya hubungan ekonomi Jerman-Indonesia, membuat Jerman memahami benar mengantisipasi segala hambatan investasi, "Walau banyak hambatan investasi, namun mengingat profit dari investasi di Indonesia tinggi, membuat investor tetap masih memilih Indonesia. Jerman termasuk negara yang cukup tinggi investasinya di Indonesia, dengan demikian Jerman telah mengenal karakteristik berinvestasi di Indonesia.”
Managing Director Kamar Dagang dan Industri Jerman-Indonesia EKONID, Jan Rönnfeld mengungkapkan; investor asing, terutama Jerman, juga tidak takut untuk menanamkan modalnya di Indonesia, meski kerap terjadi aksi anarkis yang mengganggu proses demokratisasi di Indonesia, "Fundamentalisme di Indonesia tidak menjadi bentuk yang tumbuh mengancam. Indonesia pada dasarnya secara politik stabil, saya tidak percaya bahwa fundamentalisme sejauh ini akan menjadi bahaya bagi investor asing yang ingin berinvestasi di Indonesia.”
Arti Lawatan Merkel
Sementara itu kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Indonesia yang akan berlangsung dari tanggal 9 sampai 11 Juli 2012, menurut Rönnfeld akan semakin meningkatkan kerjasama bisnis kedua negara, “Kedua negara memiliki kemiripan sebagai negara yang besar, Jerman sebagai negara terbesar di Uni Eropa dan Indonesia negara yang besar di ASEAN. Memang belum ada rencana perjanjian yang ditandatangani dalam kunjungan Merkel. Namun lawatan Merkel akan diiringi pula oleh delegasi dari berbagai sektor ekonomi. Jika mereka bisa diyakinkan bahwa Indonesia punya potensi pasar yang menarik, mereka akan melalukan investasi dan ini akan menguntungkan kedua pihak di kemudian hari.“
Indonesia sebagai negara berpenduduk 240 juta jiwa, saat ini memiliki keuntungan demografis, dimana proporsi jumlah usia muda cukup besar dan akan mempu menopang perekonomian Indonesia hingga 20-30 tahun ke depan. Di sisi lain, sumber daya alam yang sangat besar di Indoensia, telah menempatkan Indonesia pada sepuluh besar dunia baik di bidang pertanian maupun pertambangan, seperti: timah, nikel, emas, tembaga dan zirkonium. Tidak ketiggalan di sektor energi, yakni energi geothermal.
Ayu Purwaningsih
Editor: Hendra Pasuhuk