Industri Makanan Eropa Alami Kelangkaan Gas CO2
30 Juni 2018Produsen bir dan minuman ringan di Eropa sedang berjuang mengatasi kelangkaan gas karbon dioksida untuk makanan. Selama turnamen Piala Dunia, gelombang panas di Eropa memicu konsumsi minuman ringan dan bir yang tinggi, membuat pemasok CO2 untuk industri kewalahan.
Karena beberapa pabrik kimia besar yang menghasilkan CO2 sebagai produk sampingan ditutup, produsen minuman sekarang kewalahan memenuhi pesanan ke pub dan restoran. Situasi di Inggris yang terparah, karena pabrikan gas mengalami masalah teknis dn mengurangi produksi.
Kelangkaan gas karbon dioksida di pasaran menyebabkan salah satu pemasok makanan dan minuman besar di Inggris, Booker, terpaksa melakukan aturan kuota dalam penjualan dan suplai.
Sementara perusahaan-perusahaan besar berusaha menutupi kekurangan gasnya dengan membeli ke Eropa timur, perusahaan kecil terpaksa harus menghentikan operasi. Pabrik bir Holden's Quality Bottling, yang biasanya memproduksi sekitar 80.000 botol bir sehari, menghentikan produksi setelah gagal mendapat suplai gas.
"Perusahaan ditutup... sampai kami menerima gas lagi dari pemasok," kata direkturnya Mark Hammond. "Aliran pendapatan kami seperti mendadak dimatikan."
Produksi CO2 lebih sedikit di musim panas
CO2 untuk industri sebagian besar dihasilkan sebagai produk sampingan dari pembuatan amoniak yang digunakan dalam produksi pupuk. Produksi pupuk biasanya mencapai puncaknya di musim dingin, untuk menyiapkan stok menyambut musim bertanam pada musim semi.
Majalah Gas World menyalahkan pemeliharaan mesin dan perencanaan buruk di pabrik-pabrik Eropa sehingga tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Produsen gas terbesar Air Liquide dari Perancis dan Linde dari Jerman mengatakan kepada kantor berita Associated Press, mereka sudah berusaha memenuhi permintaan pelanggan.
Rumah pemotongan hewan juga menggunakan karbon dioksida untuk membius hewan sebelum disembelih. Sekarang mereka berusaha menyimpan pasokan daging lebih lama dalam kemasan.
Ketua Asosiasi Pengolah Daging Inggris Nick Allen mengatakan, kelangkaan gas karbon dioksida "mungkin mempengaruhi harga daging."
Pecinta bir Jerman belum terpengaruh
Asosiasi Produsen Bir Jerman mengatakan, anggotanya kebanyakan belum terpengaruh dengan kelangkaan itu, tetapi membenarkan bahwa pengadaan CO2 sekarang menjadi lebih mahal.
"Banyak pabrik memang sudah memproduksi karbon dioksida sendiri untuk kebutuhannya. Jadi kelangkaan di pasar belumpunya konsekuensi untuk industri bir," kata juru bicaranya Marc-Oliver Huhnholz kepada DW.
hp/ (afp, ap, rtr)