1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ingin Perkuat Hubungan Dagang, Xi Jinping Tiba di Hanoi

12 Desember 2023

Vietnam baru-baru ini meningkatkan hubungan dengan AS dan Jepang, sekarang giliran Cina menyambangi negara komunis ini untuk mempererat perdagangan. Tapi Hanoi tidak mau terlalu tunduk pada Beijing.

https://p.dw.com/p/4a4Mk
Presiden Xi Jinping dan Ibu Negara Peng Liyuan di Hanoi
Presiden Xi Jinping dan Ibu Negara Peng Liyuan di Hanoi, disambut Sekjen Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong dan istrinya Ngo Thi Man di Istana NegaraFoto: Nhac Nguyen/Pool/AP/picture alliance

Presiden CinA Xi Jinping berkunjung ke Vietnam untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara komunis itu. Keduanya selama ini sudah memiliki hubungan dekat – perdagangan bilateral belakangan meningkat. "Hanoi akan menggelar karpet merah untuk Xi Jinping,” kata Zachary Abuza, profesor di National War College di Washington yang berfokus pada politik dan keamanan Asia Tenggara.

"Cina memberikan penghargaan tertinggi kepada Sekretaris Jenderal (Partai Komunis Vietnam) Nguyen Phu Trong bulan November lalu. Saya mengharapkan hal serupa,” katanya menanggapi kunjungan pejabat tinggi Vietnam itu ke Beijing. "Vietnam adalah negara sosialis yang bersaudara sehingga menjadikan hubungan ini semakin penting,” katanya kepada DW.

Pada saat yang sama, Zachary Abuza menggaris bawahi bahwa Beijing "jelas tidak senang" dengan sikap Hanoi yang menyambut AS dan sekutu dekatnya. Bulan September lalu, Presiden AS Joe Biden mengunjungi Vietnam, selanjutnya Biden dan Trong menandatangani "Kemitraan Strategis Komprehensif untuk Perdamaian, Kerja Sama dan Pembangunan Berkelanjutan” antara kedua negara.

Warga Vietnam menyambut hangat kedatangan Presiden China Xi Jinping di Hanoi
Warga Vietnam menyambut hangat kedatangan Presiden China Xi Jinping di HanoiFoto: Luong Thai Linh/Pool Photo/AP/picture alliance

Mitra dagang utama

Bill Hayton, peneliti di Program Asia-Pasifik tangki pemikir Chatham House di London, mengatakan Vietnam telah meningkatkan hubungan dengan negara-negara lain untuk mempertahankan independensinya. "Cina adalah negara besar yang berada tepat di perbatasannya, namun mereka tidak ingin tersedot ke dalam orbit Beijing,” jelasnya.

"Meskipun Vietnam sangat terikat dengan Asia dan hubungannya dengan Cina, negara ini juga menjalin hubugan baik dengan Amerika Serikat, Jepang, India, dan mitra-mitra lainnya untuk mempertahankan otonominya", kata Bill Hayton.

Dibandingkan dengan Washington, Beijing telah lebih dulu membangun kemitraan erat dengan Hanoi, dengan menandatangani perjanjian kemitraan strategis pada tahun 2008. Saat ini, Cina adalah mitra dagang terbesar Vietnam. Perdagangan bilateral melampaui US$200 miliar  pada tahun 2021. Sebagai perbandingan, perdagangan AS-Vietnam mencapai nilai sekitar US$111,5 miliar pada tahun yang sama.

"Ekonomi akan memainkan peran penting dalam pertemuan tingkat tinggi antara Xi Jinping dan berbagai pemimpin Vietnam minggu ini", kata Nguyen Khac Giang, peneliti tamu di ISEAS Yusof Ishak Institute. "Meskipun implikasi geopolitik akan menjadi berita utama, kunjungan ini juga melambangkan penguatan hubungan bilateral antara Vietnam dan Cina,” katanya.

Kepentingan sesama partai komunis: mempertahankan kekuasaan

Kunjungan Xi akan menjadi kunjungan resmi ketiganya ke Vietnam sejak ia menjadi presiden pada Maret 2013. Menurut Nguyen Khac Giang, Xi hanya melakukan sedikit perjalanan internasional setelah pandemi COVID, dan pilihannya untuk mengunjungi Hanoi menegaskan "pentingnya Vietnam dalam strategi besar Cina.”

"Walaupun Vietnam tetap berhati-hati untuk bergabung dengan inisiatif politik yang dipimpin Cina, saya pikir kita dapat mengharapkan kedua belah pihak untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, khususnya dalam pembangunan infrastruktur dan transisi energi ramah lingkungan, di mana Vietnam sangat membutuhkan lebih banyak investasi,” katanya. Vietnam telah menjadi pemimpin energi terbarukan di Asia Tenggara, meskipun memiliki cadangan batu bara yang sangat besar.

Di luar isu perdagangan, Vietnam dan Cina masih bermasalah mengenai wilayah yang sengketa di Laut Cina Selatan. Kedua negara mengklaim kedaulatan atas Kepulauan Spratly dan Paracel, yang merupakan bagian dari sengketa wilayah yang lebih besar lagi di Asia Tenggara.

Namun bahkan dengan konflik ini, kecil kemungkinan terjadi perpecahan besar di antara keduanya, kata Bill Hayton. "Bagi Partai Komunis Vietnam, Partai Komunis Cina adalah teman terbaik mereka di dunia. Dan hal-hal yang dikhawatirkan oleh partai-partai komunis, terutama soal kehilangan kekuasaan, mereka berbagi dan bekerja sama untuk mempertahankan rezimnya. Dan saya pikir itu adalah hal  yang jauh lebih penting daripada apa pun yang berkaitan dengan Laut Cina Selatan atau isu-isu lain yang memecah belah,” pungkas Hayton.

(hp/as)