Internasional Kecam Pembantaian Demonstran di Libya
22 Februari 2011Dewan Keamanan PBB berkonsultasi hari Selasa ini (22/02) mengenai situasi di Libya. Demikian dikatakan seorang jurubicara PBB di New York. Pertemuan ini dilangsungkan atas permintaan Wakil Duta Besar Libya untuk PBB, Ibrahim Dabbashi.
Bersama sejumlah diplomat Libya lainnya, ia menyebrang ke pihak oposisi dan kini menentang Muammar Gaddafi, yang telah memerintahkan penembakan terhadap rakyat Libya. Wakil Duta Besar Libya, Ibrahim Dabashi mengatakan, "Saya mengimbau semua negara untuk menyampaikan protes secara langsung terhadap Kolonel Gaddafi dan rejimnya untuk menghentikan pembunuhan rakyat Libya dan mengambil langkah agar hal itu terrealisasi. "
Senin malam (21/02) Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon tampak kaget dan prihatin mendengar laporan mengenai serangan udara terhadap rakyat Libya yang berdemonstrasi. Ban Ki Moon tegas menyerukan agar kekerasan segera dihentikan, "Pihak penguasa Libya telah menembaki kaum demonstran dari pesawat tempur dan helikopter. Hal ini tidak bisa diterima dan harus dihentikan segera“.
Kepada media Ban Ki Moon mengaku telah berbicara langsung dengan penguasa Libya, Muammar Gaddafi pada Senin malam itu juga dan menyerukan agar kekerasan terhadap demonstran segera dihentikan. Dikatakannya, ia telah melihat gambar-gambar yang begitu mengejutkan, jatuhnya korban serta rumah-rumah yang terbakar dalam suasana perang akibat rudal yang dilepaskan dari pesawat yang menggempur kaum demonstran.
Juga para Menteri Luar Negeri Uni Eropa mengecam pembunuhan para demonstran dan di Amerika Serikat, Menlu Hillary Clinton menyerukan agar pembantaian segera dihentikan.
Sementara itu di Libya pada Senin malam, Muammar Al Gaddafi tampil sekilas di televisi nasional dalam siaran sekitar 22 detik. Duduk di dalam sebuah mobil, ia mengatakan, "Saya berada di lapangan hijau dan saya berbicara dengan para pemuda di sana untuk menunjukkan bahwa saya berada di Tripolis dan bukan di Venezuela. Jangan percaya kepada media yang penuh kebencian. "
Tidak bisa dipastikan kapan rekaman itu dibuat. Jajaran pimpinan Libya kini tampak kehilangan kontrol atas situasi dalam negeri. Sementara sikap kerasnya telah mendorong banyak politisi dan tentara untuk berpihak pada kaum demonstran. Dua pesawat tempur mendarat di Malta, menolak tugas yang diterimanya. Saksi mata yang melaporkan melalui telefon satelit menyebut situasi di Tripolis bagaikan pembantaian masal.
Sebelum dibredel, televisi Al Jazira masih menyiarkan gambar-gambar bagaimana pesawat tempur membombardir kawasan di Tripolis dan pawai demonstran anti pemerintah. Tak lama sesudah itu, pemerintah Libya memutuskan semua hubungan telefon.
Di televisi nasional Saif al Islam, putra Gaddafi tampil menyangkal semua pemberitaan media mengenai pembubaran aksi protes. Dikatakannya, angkatan Udara Libya tidak membombardir kota Libya manapun dan semua laporan mengenai serangan militer di Tripolis dan Benghazi adalah bohong belaka.
rtr/dpa/Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk