Iran dan Yaman Batu Sandungan KTT Arab-AS
14 Mei 2015Konferensi puncak antara Amerika Serikat dengan negara anggota Dewan Kerjasama Teluk yang mulai digelar resmi Kamis (14/5) tema utama sejatinya adalah keamanan regional. Namun agenda utama KTT, berupa politik hubungan baru dengan Iran dan gencatan senjata di Yaman, berbalik menjadi batu sandungan buat tuan rumah, presiden Barack Obama.
Sebagian besar negara Dewan Kerjasama Teluk hanya mengirimkan politisi lapis dua untuk menghadiri KTT di Camp David itu. Kepala negara Uni Emirat Arab dan Oman menyatakan berhalangan sakit, Sementara raja Bahrain menyatakan lebih memilih pergi ke Inggris untuk bertemu ratu Elizabeth dan nonton pacuan kuda, ketimbang datang ke Washington. Hanya Kuwait dan Qatar yang diwakili oleh emir masing-masing.
Tokoh terpenting dari negara Teluk, raja Arab Saudi, Salman Ibn Abd al-Aziz secara tiba-tiba juga membatalkan kehadirannya dalam menit-menit terakhir. Sebagai gantinya, ia mengirim putra mahkota Mohammed bin Salman dan menteri dalam negeri Mohammed bin Nayef sebagai delegasi.
Washington yang kini mengubah sikap lebih bersahabat kepada Iran, setelah sukses perundingan konflik atom dan posisinya yang pasif dalam perang sektarian di Yaman, diduga memicu kemarahan di negara-negara Teluk. Dengan mengirim politisi lapis dua, negara-negara Arab itu melontarkan sinyal protes secara terselubung kepada Obama.
Obama kecewa
Para pengamat politik melontarkan analisa, Obama sebetulnya merasa kecewa dengan komposisi delegasi dalam KTT tersebut. Presiden Amerika Serikat itu dalam pembicaraan khusus dengan putra mahkota Arab Saudi, Mohammed Salman Rabu (13/5) bahkan harus menegaskan kembali persahabatan erat antara AS dengan dunia Arab untuk mencairkan situasi.
Washington mengundang Dewan Kerjasama Teluk untuk menggelar KTT, membahas kecemasan dunia Arab terkait makin mendekatnya AS dengan Iran setelah tercapainya kompromi atom. Selain itu juga hendak dibahas tema aksi militer koalisi Arab di Yaman dengan serangan udaranya terhadap pemberontak Huthi yang didukung Iran.
Hubungan antara Gedung Putih dengan negara-negara Arab beberapa tahun belakangan menegang. Dunia Arab menganggap Obama terlalu condong kepada Iran dalam berbagai konflik yang pecah di kawasan itu. Washington bahkan memuji kontribusi Teheran dalam menekan teror jihadis di Suriah dan Irak.
Sementara dalam konflik sektarian Sunni-Syiah di Yaman, yang berkecamuk antara pemberontak Syiah Huthi melawan koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi, Amerika Serikat justru menekan dilakukannya gencatan senjata dan mengritik serangan udara koalisi ke Yaman.
as/vlz (rtr,afp,ap,dpa)