Gauland (AfD): Islam Tidak Punya Tempat di Jerman
29 Agustus 2017Wakil Ketua partai ultrakonservatif kanan AfD, Alexander Gauland (76 tahun) adalah kandidat utama partainya yang menggalang kampanye dengan isu-isu anti-imigran, anti-islam dan anti Eropa.
Dalam wawancara dengan editor DW Ines Pohl dan Jaafar Abdul Karim, Gauland kembali mempertegas posisi partainya. AfD belakangan mengalami keretakan dan sengketa di tingkat jajaran pimpinan. Gauland adalah salah satu pelaku penting yang berusaha mendongkel pimpinan partai saat Frauke Petri.
Gauland sebelumnya adalah anggota CDU yang sekarang dinakhodai oleh kanselir Angela Merkel. Tidak heran, dia sekarang mengeritik setiap kebijakan kanselir Jerman itu. Terutama politik pengungsi Angela Merkel.
"Orang-orang ini (pengungsi) seharusnya malah tidak boleh diizinkan menginjak Jerman", kata Gauland. Permohonan suaka politik, menurutnya, harus diajukan di luar Jerman, bahkan di luar Eropa. Sedangkan pengungsi dari daerah konflik seperti misalnya Suriah bisa diberikan status suaka yang terbatas, sesuai Konvensi Jenewa.
Partai ultra kanan AfD (Alternative für Deutschland) memang mulai naik daun setelah muncul krisis pengungsi dua tahun lalu. Gauland mengatakan, kebanyakan migran sebenarnya datang ke Jerman karena alasan ekonomi.
"Kita harus melihat kepentingan kita sendiri. Dan menerima banyak pengungsi bukanlah kepentingan Jerman", kata Gauland.
AfD juga punya posisi berbeda dengan partai-partai politik lain di Jerman dalam isu Islam. Saat ini, ada sekitar 5 juta warga muslim di Jerman. Tapi bagi AfD, Islam tidak punya tempat di negara ini.
"Islam sebagai entitas kebudayaan dan agama tidak punya tempat di Jerman," tandas Gauland. „Islam, dengan hukum syariah dan beberapa posisinya adalah agama yang jelas-jelas dapat kita katakan tidak kompatibel dengan konstitusi Jerman," tambahnya.
Gauland mengatakan, konstitusi Jerman memang melindungai agama seorang individu. Tapi tidak boleh ada penyusupan nilai-nilai Islam lewat pintu belakang.
Gauland sendiri menolak melakukan pertemuan dengan kalangan muslim.
"Saya tidak punya kebutuhan untuk berbicara dengan orang muslim dalam kapasitas resmi saya. Tapi tentu saja, saya siap berbicara dengan seseorang secara pribadi. Itu tidak malah", katanya.
DW mewawancarai serangkaian politisi teras di Jerman dalam rangka pemilihan umum nasional yang akan diselenggarakan 24 September mendatang.