Islamis Dorong Aliansi Anti AS di Pakistan
28 Februari 2012Sebuah aliansi ekstrimis sayap kanan, yang menyebut diri Difa-e-Pakistan Ittehad atau the Defense of Pakistan Alliance (DPA), belakangan ini berusaha menggalakkan kampanye anti Barat, dengan melancarkan demonstrasi di berbagai kota di seluruh Pakistan. Kelompok itu telah mendapat kritik di luar negeri dan di Pakistan, karena dituduh menjadi wadah kekuatan ekstrimis yang menyebabkan ancaman bagi stabilitas negara di saat Pakistan sedang melakukan perang terhadap ekstrimisme keagamaan yang tumbuh di negara itu dan kelompok militan asing.
Termasuk Kelompok Teroris
Aliansi itu adalah wadah gabungan yang merepresentasikan sekitar 40 partai politik keagamaan, banyak dari mereka sebelumnya dianggap kelompok teroris. Mereka berargumentasi, aliansi itu penting karena pemerintah dan wadah keamanan nasional gagal untuk mempertahankan Pakistan.
Dalam demonstrasi massal di seluruh Pakistan pada pekan-pekan terakhir, termasuk di ibukota Islamabad dan kota pelabuhan Karachi, yang menarik banyak pendukung melebihi dugaan semula, DPA mendesak agar Pakistan menghentikan seluruh kerjasama politiknya dengan dunia Barat, terutama AS. Di samping itu, kelompok sayap kanan itu juga menyerukan agar AS dan India tidak dibiarkan "menduduki" Pakistan. Seruan-seruan ini khas bagi beberapa organisasi religius militan dan sayap kanan, yang dalam beberapa tahun terakhir tidak mendapat perhatian publik.
‘Matilah Amerika'
“Matilah Amerika,” “jangan percaya India” dan “jangan buka rute pasokan NATO bagi pasukan internasional di Afghanistan, yang sudah ditutup". Begitulah sebagian slogan yang diserukan DPA.
Pemimpin aliansi itu adalah Maulana Sami-ul-Haq, yang terkenal sebagai salah seorang pimpinan spiritual Taliban dan menjadi kepala sejumlah madrasah di Pakistan barat laut. Salah satu tokoh utama lainnya adalah Maulana Fazlur Rehman Khalil, yang pernah menjadi pemimpin Harkat-ul-Mujahideen, sebuah kelompok Islamis yang memiliki hubungan dengan Al Qaida, dan pernah menjadi orang kepercayaan Osama bin Laden.
"Hari ini, kami berkumpul di sini untuk menyerukan protes terhadap intervensi AS di Pakistan," demikian dikatakan Maulana Sami ul-Haq dalam wawancara dengan kantor berita AFP dalam demonstrasi anti AS baru-baru ini di Islamabad. "Protes kami arahkan terhadap kemungkinan diadakannya lagi pasokan bagi NATO, okupasi oleh India dan AS serta penguatan pertahanan negara," demikian dikatakan Maulana Sami ul-Haq.
Dalam kelompok DPA juga termasuk Jamaat-ud-Dawa (JuD), sebuah kelompok yang termasuk dalam daftar hitam yang dibuat PBB, karena dianggap menjadi kelompok pelaksana bagi Lashkar-e-Taiba, yang dianggap bertanggungjawab atas serangan teror 2008 di Mumbai. Pemimpin JuD, Hafiz Muhammad Saeed, tidak diperbolehkan berbicara dalam demonstrasi DPA. Tetapi wakilnya, Hafiz Abdur Rehman Makki, berbicara di depan massa di Islamabad dan menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah "kematian bagi AS".
Dukungan Tersembunyi
Hamid Gul, seorang bekas jenderal dan mantan pemimpin dinas rahasia militer Pakistan, ISI (Inter-Services Intelligence) juga menjadi tokoh penting dalam aliansi ekstrim kanan itu. Ia pernah menyatakan, bahwa AS terlalu banyak ikut campur di kawasan tersebut. Bagi banyak analis, keanggotaannya dalam DPA adalah pertanda bahwa pemerintah Pakistan kemungkinan memberikan persetujuan tidak langsung.
"Selama 10 tahun, pemerintah Pakistan mengucurkan darah bangsa dalam persekutuan dengan AS. Di masa lalu kami mendesak dan mengatakannya lagi sekarang, ini bukan perang kami," demikian dikatakan Hamid Gul di depan massa pada demonstrasi di Islamabad. "Rakyat Pakistan tidak akan mengijinkan pemberian pasokan bagi tentara NATO di Afghanistan. Jika pemerintah bekerjasama dengan AS dan agresinya, bangsa ini akan bangkit melawan mereka." Demikian peringatannya.
Bagi mayoritas rakyat Pakistan yang moderat dan cinta perdamaian, bangkitnya aliansi ekstrim kanan DPA adalah isyarat yang sangat penting. Mereka khawatir bahwa pemerintah tidak memiliki keinginan politik untuk mencegah berkembangnya ekstremisme keagamaan, karena takut melepas kekuatan yang tidak bisa mereka kontrol lagi.
Maqbool Malik / Marjory Linardy
Editor: Agus Setiawan