Israel Bebaskan 26 Tahanan Palestina
31 Desember 2013
Keluarga korban serangan bom di Israel gagal mencegah pembebasan tahanan Palestina. Mahkamah Agung, Senin (30/12) menolak gugatan pihak keluarga di menit-menit terakhir. Menurut sebuah stasiun radio Israel, majelis hakim berdalih pihaknya tidak bisa mencampuri keputusan politik berupa pembebasan tahanan Palestina.
Program pembebasan tersebut diputuskan dalam rangka penghidupan kembali perundingan damai antara Israel dan Palestina. Gelombang ketiga pembebasan terdiri dari 26 tahanan dari keseluruhan sebanyak 104 tahanan.
Selain anggota keluarga, Presiden Palestina Mahmud Abbas menyambut 18 eks narapidana di Tepi Barat Yordan. "Hari ini adalah hari yang bahagia buat kami dan buat tahanan yang hari ini dilepaskan untuk hidup sebagai manusia bebas," katanya sambil dikelilingi eks narapidana.
"Bom Waktu"
Abbas berjanji tidak akan menandatangani perjanjian damai dengan Israel sebelum pemerintah di Yerusalem membebaskan semua warga Palestina yang ditahan. Jumlahnya sebanyak 5000 narapidana.
Pembebasan itu sendiri diiringi oleh aksi demonstrasi sekitar 150 anggota keluarga korban pembunuhan di depan kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanjahu di Yerusalem.
Kebanyakan tahanan Palestina divonis karena terlibat pembunuhan warga dan tentara Israel. Mereka sudah mendekam sebelum penandatanganan perjanjian damai pertama 20 tahun silam. Kelompok advokasi korban di Israel menyebut tahanan yang dibebaskan sebagai "bom waktu."
Perundingan Alot
Palestina dan Israel kembali melanjutkan perundingan damai Juli silam usai dibekukan selama tiga tahun. Salah satu insiatornya adalah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, yang dijadwalkan kembali ke Timur Tengah, Kamis (2/1) mendatang. Kendati begitu hingga kini perundingan belum membuahkan kemajuan apapun.
Kerry dijadwalkan bertemu dengan Abbas dan Netanjahu buat membahas "kerangka kerja negosiasi" yang akan "berfungsi sebagai panduan untuk perundingan."
Salah satu polemik terbesar adalah program pembangunan pemukiman Yahudi yang terus dijalankan pemerintah Israel. Baru-baru ini Yerusalem mengumumkan akan membuka pemukiman di Tepi Barat Yordan.
Palestina sempat mewanti-wanti, perundingan damai akan gagal jika Israel tidak berhenti membangun pemukiman baru. Abbas memperingatkan, "ini (Tepi Barat -red) adalah wilayah Palestina. Dan ini adalah garis merah yang tidak bisa dilalui oleh siapapun," katanya.