Israel dan AS Sepakat Cegah Penyelundupan Senjata ke Gaza
16 Januari 2009Kesepakatan itu mencakup sejumlah langkah yang akan diambil AS dan Israel untuk mencegah suplai senjata dan bahan peledak ke Jalur Gaza. Demikian menurut Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice setelah penandatanganan kesepakatan itu dengan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni.
Hari Jumat (16/01), Amerika Serikat dan Israel menandatangani sebuah kesepakatan yang berisi langkah-langkah yang diharapkan dapat menghentikan penyelundupan senjata ke Jalur Gaza. Seusai pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice di Washington, Menlu Israel, Tzipi Livni mengemukakan bahwa kesepakatan tersebut adalah pelengkap penting untuk mengakhiri kekerasan di wilayah itu. Livni kemudian mengatakan, kesepakatan akan melengkapi upaya Mesir untuk mencapai gencatan senjata dan mungkin akan mempercepat keputusan pemerintah Israel mengenai kelanjutan serangannya. Selanjutnya Tzipi Livni mengutarakan:
"Sama seperti sejumlah besar pemimpin pemerintah di dunia, termasuk Presiden Bush dan Menteri Luar Negeri Rice, kami menegaskan bahwa untuk mencapai berakhirnya permusuhan yang tidak bersifat sementara, penyelundupan senjata ke Gaza harus dihentikan. Karena itu kami hari ini menandatangani kesepakatan yang penting karena merupakan bagian yang menentukan untuk menghentikan perseteruan. Namun, meski pertempuran berakhir, kami masih berhak untuk mempertahankan negara kami dari serangan teroris di Jalur Gaza, termasuk penyelundupan senjata dan peningkatan kemampuan militer."
Rice berharap negara Eropa ikuti langkah AS
Sebelum penandatanganan kesepakatan di Washington antara kedua menlu, Menlu AS Rice mengutarakan harapannya bahwa negara-negara Eropa juga menyepakati perjanjian bilateral semacam itu. Condoleezza Rice selanjutnya mengemukakan:
"Telah berulang kali kami mengatakan, penyaluran senjata untuk Hamas dan kelompok teroris lainnya di Gaza dari kelompok tertentu di wilayah ini, secara langsung menyebabkan perseteruan saat ini. Karena itu kami dalam komunitas internasional, wajib mencegah upaya mempersenjatai kembali Hamas agar gencatan senjata dapat ditegakkan dan dilaksanakan sepenuhnya. Harus ada konsensus internasional yang menyatakan Gaza tidak akan pernah lagi digunakan sebagai tempat meluncurkan serangan roket ke kota-kota Israel. Memorandum ini mengakomodasi tuntutan itu. Kesepakatan ini berisikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan AS dan Israel untuk mencegah penyaluran senjata dan bahan peledak ke Jalur Gaza."
Juru bicara Deplu AS, Sean McCormarck mengatakan, dalam kesepakatan yang terdiri dari dua setengah halaman itu, AS menjanjikan dukungannya kepada Israel dalam upaya pencegahan untuk mempersenjatai kembali kelompok radikal Hamas.
Belum ada hasil dalam perundingan gencatan senjata
Sementara itu, upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata semakin gencar dilaksanakan. Hari Jumat (16/01) di Kairo, Mesir, juru runding Israel Amos Gilad mengakhiri pembicaraannya mengenai kemungkinan gencatan senjata. Namun sejauh ini, upaya tersebut belum membawa hasil. Menurut kalangan diplomat, perundingan ditunda hingga Sabtu malam atau hari Minggu (18/01). Selanjutnya dikatakan bahwa Israel menolak gagasan Hamas untuk gencatan senjata yang berlangsung setahun. Selanjutnya Mesir mengundang Hamas untuk membicarakan reaksi Israel di Kairo.
Dalam sidang darurat Liga Arab di Doha yang dihadiri 13 dari ke-22 negara anggotanya, Presiden Suriah, Bashar el Assad mengimbau semua negara Arab untuk menghentikan hubungan diplomatik dengan Israe. Qatar dan Mauritania kemudian memutuskan untuk melaksanakan hal tersebut.
Sementara pertempuran di Jalur Gaza berlanjut, meski tidak segencar pada hari sebelumnya. Menurut pihak Palestina, lebih dari 1100 warganya, di antaranya 355 anak-anak, tewas sejak dimulainya serangan militer Israel ke Jalur Gaza. (AFPD/DPA/cs)