Hamas Usulkan Gencatan Senjata, Israel Hentikan "Pengamanan"
6 Mei 2019Tentara Israel pada hari Senin (6/5) menghentikan semua operasi perlindungan keamanan yang diberlakukan di dekat wilayah Gaza selama konflik akhir pekan, setelah kelompok militan Hamas diberitakan menawarkan gencatan senjata bersyarat.
Militer Israel mengatakan, penduduk di selatan Israel bisa kembali ke rutinitas mereka, dan sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak di daerah itu diizinkan untuk beroperasi lagi. Tapi beberapa sekolah tetap memutuskan untuk tidak beroperasi, setelah pada akhir minggu ratusan roket ditembakkan ke Israel dari kawasan Palestina.
Kementerian Transportasi Israel mengumumkan bahwa semua rute bus umum di kawasan selatan juga akan kembali ke operasi penuh dan normal. Jalur kereta api antara kota Ashkelon dan Bersyeba juga akan dilanjutkan mulai pagi hari.
Israel mengatakan, pada hari Sabtu dan Minggu lebih dari 600 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel selatan, menewaskan empat orang. Israel melancarkan rangkaian serangan balasan ke Gaza. Pihak Palestina mengatakan, sedikitnya 23 orang tewas.
Koresponden DW Israel Tania Krämer mengatakan ada "bantuan" di Gaza atas berita gencatan senjata. Namun, orang-orang di sana "menunggu untuk melihat apakah itu hanya masa tenang atau apakah akan ada solusi nyata."
Hamas tawarkan gencatan senjata
Salah seorang pimpinan Hamas Ismail Haniyeh mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Minggu (5/5), Hamas "tidak tertarik pada perang baru." Dia mengatakan kelompoknya bersedia untuk "kembali ke situasi tenang", jika Israel menghentikan serangannya dan segera mulai menerapkan kondisi demi "kehidupan yang bermartabat."
Hamas dan kelompok militan Jihad Islam memulai serangan terbaru setelah terjadi bentrokan antara aparat keamanan Israel dan pengunjuk rasa Palestina minggu lalu, yang menewaskan dua orang. Hamas juga mengklaim bahwa Israel gagal memenuhi janjinya untuk melonggarkan blokade.
Israel yang baru saja melakukan pemilihan umum saat ini memang belum memiliki pemerintahan resmi. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang melakukan negosiasi dengan partai-partai kecil yang akan diajak berkoalisi. Namun Netanyahu pada akhir minggu menyatakan, Israel akan menjawab tegas segala serangan terhadap wilayahnya.
Reaksi internasional
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan Hamas ke Israel dan mendesak semua pihak untuk "menahan diri secara maksimal." Seorang utusan PBB mengatakan sedang bekerja dengan Mesir untuk mencoba mengakhiri permusuhan.
Pejabat khusus urusan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini menyerukan penghentian "serangan roket tanpa kecuali" dan menyatakan dukungan untuk upaya mediasi yang diprakarsai Mesir dan PBB.
Presiden AS Donald Trump menyatakan dia mendukung 100% kebijakan PM Israel Benjamin Netanyahu. Di Twitter dia menulis: "Sekali lagi, Israel menghadapi rentetan serangan roket mematikan oleh kelompok-kelompok teroris Hamas dan Jihad Islam. Kami mendukung Israel 100% dalam pembelaan warganya..." Selanjutnya Trump menulis: "kepada rakyat Gaza - tindakan para teroris ini melawan Israel tidak akan membawa apa-apa bagi Anda selain kesengsaraan yang lebih besar. AKHIRI kekerasan dan bekerjalah untuk perdamaian - itu bisa terjadi!"
Namun situasi Hamas juga makin sulit karena blokade Israel membuat kondisi ekonomi dan kehidupan di kawasan itu makin runyam. Hamas antara lain menuntut Israel agar segera mencabut blokade terhadap bantuan luar negeri dari Qatar senilai belasan juta dolar.
hp/vlz (afp, rtr, dpa)