Israel Tak Akan Hentikan Gempuran
21 Agustus 2014Setelah masa tenang selama 10 hari berakhir hari Selasa (19/8), Israel dan Hamas kembali bersitegang. Kedua pihak saling menuding mengenai siapa yang pertama melepas tembakan.
Hari Rabu (20/8) Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kampanye militer Israel di Gaza dapat berubah menjadi operasi berkepanjangan. Melalui konferensi pers di Tel Aviv, Netanyahu menambahkan bahwa serangan yang mulai dilancarkan 8 Juli lalu bisa berlanjut selama masih dirasa perlu oleh pemerintah Israel.
Operasi ini telah mengklaim 2.000 jiwa di Gaza, sepertiga diantaranya warga sipil, menurut PBB. Sementara 64 tentara Israel tewas dalam pertempuran, dan tiga warga sipil akibat serangan roket militan dari Gaza.
Peringatan dan kematian
Hari Kamis (21/8) pukul 6 pagi waktu setempat, Hamas memperingatkan maskapai penerbangan asing untuk menghentikan penerbangan menuju bandara Ben Gurion di Tel Aviv.
Bulan Juli, sejumlah maskapai internasional menghentikan sementara penerbangan menuju Tel Aviv ketika sebuah roket mendarat tak jauh dari bandara.
Hamas juga mengumumkan bahwa tiga petingginya tewas dalam serangan udara Israel sebelum fajar hari Kamis di Rafah. Jumlah korban tewas akibat serangan itu menurut petugas medis mencapai 8 orang.
Saksi mengatakan rumah empat tingkat yang menjadi target serangan luluh lantak usai rangkaian gempuran dari udara.
Kemungkinan langkah tegas
Dalam sebuah pernyataan bersama, 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB "menyerukan kepada partai-partai yang bertikai untuk melanjutkan negosiasi sehingga gencatan senjata jangka panjang yang berkelanjutan dapat tercapai."
Pernyataan yang dirumuskan anggota permanen Perancis ini tidak menghadirkan resolusi penuh. Namun para diplomat menyatakan langkah tegas akan dipertimbangkan apabila dialog yang dimediasi Mesir tidak berlanjut.
Duta besar Inggris Mark Lyall Grant mengatakan Dewan Keamanan PBB tengah membahas kemungkinan resolusi untuk mendorong gencatan senjata yang langgeng.
Yordania telah mengedarkan resolusi semacam itu ke negara anggota lainnya, meski duta besar Yordania Dina Kawar hari Rabu mengatakan: "Kami pelan-pelan berdialog dengan Amerika, dengan negara-negara Eropa" karena "idenya adalah memiliki Dewan Keamanan yang efektif."
cp/vlz (dpa, ap, afp)