Jaringan Pemerasan Seks Global Terungkap
2 Mei 2014Para korban dibuat terpikat dengan orang-orang yang menyamar sebagai perempuan muda, yang membujuk mereka memberikan foto atau video telanjang, untuk kemudian memeras mereka berkali-kali sebanyak ribuan dollar, demikian pernyataan para pejabat kepolisian.
58 orang yang ditangkap di Filipina itu hanyalah bagian kecil dari sebuah fenomena yang sedang meningkat di dunia yang didorong oleh ledakan sosial media, demikian pernyataan Direktur Pusat Kejahatan Digital Interpol, Sanjay Virmani.
“Skala jaringan pemerasan ini sangat besar,“ kata Virmani.
Kepala polisi Filipina Alan Purisima mengatakan para tersangka ini bisa dikenai sejumlah dakwaan, mulai dari terlibat pornografi anak, pemerasan dan menggunakan teknologi untuk melakukan penipuan.
Purisima mengatakan, penipuan ini biasanya melibatkan perempuan palsu yang melakukan kontak dengan orang-orang di luar negeri lewat Facebook dan sosial media lainnya, dan kemudian membangun sebuah hubungan dengan mereka.
“Setelah berkenalan dengan para korban… mereka terlibat dalam sex dunia maya atau cybersex, dan ini akan direkam tanpa disadari oleh para korban,” kata dia, menambahkan bahwa webcam dipakai untuk merekam percakapan atau aksi seks yang diperagakan korban.
“Mereka kemudian mengancam akan mengirimkan rekaman itu kepada teman-teman atau kerabat mereka.”
Purisima mengatakan para korban dipaksa membayar antara ratusan atau ribuan dollar Amerika, mengirim pembayaran itu melalui Western Union serta perusahaan penyedia jasa pengiriman uang lainnya.
Menghancurkan kehidupan
Meski kata dia, para orang tua sering menjadi sasaran para pelaku, namun hanya sedikit yang menjadi korban.
Kepala penyelidik, Inspektur Gary Cunningham, dari kepolisian Skotlandia mengatakan, seorang remaja di Skotlandia telah bunuh diri setelah diperas.
Cunningham mengatakan anak laki-laki itu berumur 17 tahun ketika bunuh diri.
Lebih dari 530 orang di Hong Kong, kebanyakan berumur antara 20 dan 30 tahun, telah menjadi korban penipuan itu sejak awal tahun lalu, demikian menurut Inspektur Kepala Louis Kwan, biro kejahatan komersial Cina.
Kwan mengatakan para korban dengan putus asa terpaksa membayar hingga 15.000 dollar dalam upaya menjaga agar rekaman itu tidak dibocorkan.
Tapi, sekali tersudut, para korban sering menemukan diri mereka tidak bisa melarikan diri.
Kwan mengatakan para korban membayar sampai tiga kali sebelum akhirnya melapor kepada polisi, “ketika mereka menyadari bahwa mereka tidak mampu lalu untuk terus membayar“.
Namun, para pejabat menekankan bahwa Filipina bukanlah pusat dari jaringan “penipuan sex” skala dunia tersebut, namun penyelidikan saat ini memang difokuskan di negara tersebut.
“Kejahatan ini tidak terbatas hanya pada satu negara atau korban. Itulah kenapa kerjasama internasional dalam penyelidikan tindak kejahatan ini penting,” kata Virmani dari Interpol.
Purisima mengatakan para pejabat dari AS, Hong Kong, Interpol, Skotlandia, Singapura dan Australia tahun lalu membentuk ”Operasi Serangan Balik”, yang akhirnya menghasilkan penangkapan atas 58 orang ini.
Gugus tugas ini dibentuk dalam pertemuan Interpol untuk menangani ”bertambahnya jumlah korban pemerasan seksual di Hong Kong, Indonesia, Singapura, Filipina, Inggris Raya dan Malaysia.
ab/hp (afp,ap,rtr)