Jenazah Korban Corona Terdampar di Tepi Sungai Gangga India
11 Mei 2021Warga di negara bagian Bihar, India utara, menemukan puluhan jenazah di tepi sungai Gangga.
Jenazah yang terapung turun dari Uttar Pradesh itu kemungkinan adalah korban virus corona yang keluarganya tidak mampu membayar biaya kremasi, demikian kata pihak berwenang.
"Sekitar 35-40 jenazah terlihat, banyak di antaranya kemungkinan adalah korban COVID-19. Pada hari-hari biasa kami melihat dua hingga tiga jenazah seperti itu di bentangan sungai ini, tetapi kini jumlahnya tinggi karena wabah mematikan itu," kata pejabat lokal Naval Kant, kepada kantor berita DPA melalui telepon dari kota Chausa tempat jenazah-jenazah itu muncul.
Daerah yang lebih miskin dilanda lonjakan infeksi
Beberapa jenazah terlihat telah dibakar sebagian dan sudah membengkak. Hal ini menunjukkan bahwa jenazah-jenazah itu telah berada di dalam air selama beberapa hari.
Penduduk setempat mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa mereka yakin jenazah-jenazah itu telah dibuang karena tempat kremasi di pedesaan India tak bisa lagi menampungnya. Banyak penduduk setempat, terutama di Uttar Pradesh dan Bihar, dua negara bagian termiskin di India, tidak mampu membeli kayu untuk pembakaran atau membayar pekerja yang meminta biaya lebih untuk kremasi jenazah korban virus corona.
Surat kabar nasional The Times of India melaporkan bahwa jenazah akan menjalani otopsi dan difasilitasi pemakaman yang dibiayai oleh pemerintah, demikian menurut seorang pejabat setempat.
Jumlah korban meninggal yang sebenarnya mungkin tidak dilaporkan
India telah menjadi hotspot virus corona terburuk di dunia dengan sekitar 4.000 orang meninggal setiap harinya, menurut catatan resmi pemerintah. Total korban meninggal sejauh ini hampir mencapai seperempat juta.
Lonjakan kasus COVID-19 India terjadi menyusul dilaksanakannya acara keagamaaan dan demonstrasi politik yang dihadiri banyak orang. Negara ini juga tengah dilanda oleh varian baru corona B.1.617 COVID-19 yang tampaknya lebih menular.
Munculnya jenazah yang mengapung di sungai mengindikasikan bahwa jumlah kematian resmi COVID-19 di India tidak benar-benar dilaporkan. Terutama saat infeksi menyebar ke kota-kota dan ke daerah pedesaan yang tidak memiliki banyak rumah sakit dan pencatatan yang lebih buruk.
WHO klasifikasikan mutasi corona India sebagai varian yang mengkhawatirkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (10/05) mengumumkan telah mengubah klasifikasi varian virus corona B.1.617 yang pertama kali ditemukan di India pada Oktober lalu, dari "variant of interest" menjadi "variant of concern."
Pengumuman itu dibuat oleh ilmuwan utama WHO yang meneliti COVID-19, Maria van Kerkhove, yang mengatakan bahwa varian baru B.1.617 bukan satu-satunya yang beredar di India, mengingat varian B.1.1.7 Inggris yang lebih menular juga hadir di sana.
Akankah vaksin masih efektif melawan varian baru India?
Usai melaporkan bahwa varian corona India mungkin lebih resisten terhadap vaksin, van Kerkhove berkata, "Karena itu, kami mengklasifikasikannya sebagai varian yang mengkhawatirkan di tingkat global."
Dia mengatakan varian tersebut telah menyebar ke negara lain di luar India.
Ahli epidemiologi AS itu menjanjikan lebih banyak informasi pada hari ini Selasa (11/05), meskipun dia mengatakan "kami belum memiliki kesimpulan yang menunjukkan bahwa diagnostik atau terapeutik dan vaksin tidak berfungsi."
Pernyataan itu dibenarkan oleh Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, yang berkata, "Apa yang kami ketahui sekarang adalah bahwa vaksin berfungsi, diagnosa berfungsi, perawatan yang sama yang digunakan untuk melawan virus biasa juga berfungsi."
Apa itu ''Variant of Concern''?
Varian yang mengkhawatirkan (Variant of Concern) dianggap lebih berbahaya daripada bentuk asli virus yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada akhir 2019. Klasifikasi bahaya itu berasal dari tingkat penularan, kematian, dan resistensi varian yang lebih tinggi terhadap vaksin.
Tak hanya varian baru corona India, tapi Variant of Concern juga disematkan untuk mutasi corona Brasil, Inggris dan Afrika Selatan. Para ahli khawatir, virus yang menyebar akan mencari kondisi ideal dan terus bermutasi.
WHO mengatakan bahwa meskipun sebagian besar wilayah di dunia saat ini mencatat infeksi COVID-19 yang lebih sedikit, Asia Selatan dan Asia Tenggara mengalami peningkatan yang dramatis.
pkp/gtp (AFP, dpa)