Jerman Cabut Perlakuan Istimewa Bagi Pengungsi
1 Januari 2016Kemudahan dan perlakuan istimewa bagi pengungsi asal Suriah, Irak dan Eritrea mulai pergantian tahun ini dicabut kembali. Perlakukan istimewa, berupa kemudahan registrasi pemohon suaka bagi pengungsi Suriah dan Irak, diterapkan akhir 2014 dan bagi pengungsi Eritrea diberlakukan sejak pertengahan 2015. Kebijakan dijalankan menimbang situasi gawat di negeri tersebut.
Kebijakan pengungsi dan permohonan suaka terutama makin dilonggarkan bersamaan dengan pengumuman politik "Refugees Welcome" dari kanselir Angela Merkel bulan Agustus 2015. Politik pintu terbuka bagi pengungsi yang dicanangkan Merkel itu memicu pro dan kontra di dalam maupun di luar negeri. Majalah Time menobatkan Merkel sebagai Person of the Year 2015 terkait politik pengungsinya. Sementara di dalam negeri Jerman nyaris pecah krisis pemerintahan yang dipicu oleh krisis pengungsi.
Kementrian dalam negeri di Berlin mengumumkan, akan kembali menerapkan "assessment" individu bagi semua pemohon suaka. Artinya setiap pemohon suaka harus menjalani pemeriksaan dan dengar pendapat dengan petugas yang berwenang. Juga asal usul pengungsi, latar belakang pendidikan serta rute pengungsian, akan dicek ulang dan diuji kebenarannya.
Keputusan penerapan kembali prosedur baku itu disepakati dalam konferensi para menteri negara bagian bulan Desember 2015. Sejumlah menteri dalam negeri negara bagian telah melontarkan kritis sekaligus kekawatiran terkait potensi ancaman bagi Jerman, setelah menerapkan perlakuan istimewa. Debat dipicu bukti bahwa teroris Islamic State mengirimkan pasukan pembunuh ke Eropa dengan memanfaatkan paspor asli yang dipalsukan.
Konsekuensi prosedur lamban
Pemberlakuan kembali aturan suaka standar di Jerman itu akan menimbulkan konsekuensi prosedur yang lamban dan lama. Demikian perkiraan para petugas dari dinas federal untuk migrasi dan pengungsi Jerman-BAMF. Pasalnya setiap pengungsi yang sudah diregistrasi dan memohon suaka harus antri diperiksa kasus per kasus.
Tindakan antisipasi dan berhati-hati sudah diterapkan terutama di negara bagian Bayern. Pasalnya di negara bagian selatan Jerman, yang menjadi "entry point" mayoritas pengungsi Suriah itu, sudah terlacak keberadaan lusinan paspor aspal buatan ISIS yang dijadikan tanda jati diri individu pengungsi.
Saat ini Jerman menampung lebih dari satu juta pengungsi, terutama yang berasal dari Suriah, Irak, Eritrea dan Afghanistan. Sebanyak 360.000 diantaranya dilaporkan sudah mengajukan permohonan suaka. Selama menunggu permohonan suaka diproses, setiap pengungsi mendapat bantuan pemukiman, pelayanan kesehatan gratis dan uang saku dari pemerintah Jerman.
as/m(afp,epd,rtr,dpa)