Jerman Incar Bisnis di Afrika
18 Maret 2013Herrenknecht AG misalnya, tergolong perusahaan menengah dari Schwanau di daerah Schwarzwald, Jerman. Produsen mesin penggerak bor, yang digunakan untuk menggali terowongan kecil maupun besar itu, berkiprah dalam ratusan proyek konstruksi di seluruh dunia, juga di Afrika Selatan.
Di daerah itu, perusahaan tersebut melaksanakan pembangunan terowongan kereta api dan jalanan. Juga proyek-proyek lebih kecil untuk pembangunan kanalisasi air limbah. Tetapi pasar di negara-negara Afrika masih tergolong belum jenuh. Jadi Afrika Selatan tetap akan menjadi titik berat bagi perusahaan Jerman ini.
Afrika Tengah Belum Terbuka
Herrenknecht juga memiliki bisnis di Afrika Utara, yakni di Aljazair, Maroko dan Mesir. Mereka juga mengincar bisnis dengan negara-negara Afrika Tengah. "Tetapi masalah keamanan masih tetap harus diperhatikan", ujar Ulrich Schaffhauser, dari bidang utility tunneling.
Jika orang memikirkan pembangunan sistim kanalisasi air limbah, kepadatan penduduk juga harus diperhatikan. "Kami juga harus memperhatikan apakah dananya ada. Dan itu sering tergantung pada bahan mentah", tambah Schaffhauser,
Jika negara punya cadangan bahan mentah, maka dana juga ada. Sebagai alternatif, bisa juga diperhitungkan, apa ada dukungan investasi dari luar negeri.
Perhatian lebih besar ke negara-negara Afrika kawasan selatan gurun Sahara, saat ini jadi tren di kalangan pengusaha Jerman. Sekitar 21 persen perusahaan yang bergerak di luar negeri, kini berbisnis di Afrika. Setahun lalu kontribusinya sekitar 18 persen Demikian hasil jajak pendapat Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK).
Mengejar Ketinggalan
Tetapi ekspor terbesar bukan barang melainkan layanan jasa. Demikian dikatakan Heiko Schwiderowski, yang memimpin bagian Afrika dan politik pembangunan pada DIHK. Banyak perusahaan Jerman yang berbisnis di Afrika, bergerak di sektor infrastruktur.
Volume ekspor Jerman ke Afrika masih sangat kecil, dibanding dengan ekspor ke bagian lain dunia. Tahun 2012, ekspor ke luar negeri mencapai jumlah 1,1 trilyun Euro. Dari jumlah itu, ekspor ke Afrika hanya 21 milyar Euro, jadi sekitar 2 persennya. Semntara kontribusi ekspor ke Afrika Selatan kurang dari separuhnya total ekspor ke Afrika.
Saat ini perusahaan Jerman juga ikut menimba keuntungan dari peranan Cina di Afrika. Mereka membangun infratruktur, dan sebagai gantinya mendapat akses ke bahan mentah. Tetapi para mitra Afrika juga menyewa tenaga dari Jerman, misalnya sebagai pemimpin proyek bangunan, atau manajer kualitas.
Masalah Demokrasi dan Jaminan Hukum
Walaupun negara seperti Angola, Kenya dan Nigera menunjukkan dinamika ekonomi yang tinggi, perusahaan Jerman juga memperhatikan situasi politik di negara itu. "Ruanda misalnya, menjadi salah satu negara yang menduduki ranking atas pada daftar negara yang dianggap layak untuk berbisnis, yang dikeluarkan Bank Dunia", kata pakar dari DIHK Schwiderowski.
Ruanda, seperti Tanzania dan Ghana, adalah negara yang secara terarah berusaha memperbaiki kondisi bisnis bagi investor. Jika kondisi memenuhi syarat, perusahaan Jerman juga bisa memperhitungkan untuk memproduksi di negara-negara itu sendiri. Sampai sekarang, hal itu hanya bisa dilaksanakan di Afrika Selatan.
Untuk produksi di negara itu sendiri, juiga dibutuhkan transfer teknologi, dan perusahaan Jerman berminat menyediakan teknologinya. Itu juga menjadi minat perusahaan Herrenknecht. Tetapi kapan perluasan bisnis ke negara Afrika lainnya akan dilaksanakan? Menurut Ulrich Schaffhauser, tahun ini tidak mungkin. Kendalanya, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.