Jerman: Krisis Perumahan Persulit Mahasiswa Asing di Jerman
24 Oktober 2023Ketika suhu udara anjlok dan universitas mulai membuka pintu pendaftaran jelang semester musim dingin, puluhan ribu mahasiswa mendapati diri tanpa apartemen dan peluang untuk mendapatkan kamar di asrama.
Kelangkaan rumah di Jerman sedemikian akut, Asosiasi Mahasiswa di Göttingen sampai menyewa hotel untuk menampung mahasiswa baru selama beberapa pekan. Di München, di mana biaya sewa apartemen bagi mahasiswa bisa mencapai 720 Euro atau sekitar Rp. 12 juta per bulan, sebuah perkemahan menawarkan diskon bagi mahasiswa baru yang belum mendapatkan apartemen.
Awal tahun ini, Institut Penelitian Eduard Pestel, mencatat betapa Jerman kekurangan sekitar 700.000 apartemen, terutama di segmen terjangkau. Minimnya ketersediaan kamar atau rumah turut mencuatkan harga sewa bulanan. Lonjakan paling tajam tercatat paling banyak di kota-kota dengan universitas terbesar.
Menurut Matthias Anbuhl, Sekretaris Jendral Asosasi Mahasiswa Jerman DSW, langkanya apartemen terjangkau bagi mahasiswa di kota-kota besar menjadi "urusan negara yang memalukan."
Dampak terbesar bagi mahasiswa asing
Thomas Schmidt dari Komite Umum Mahasiswa (AStA) membenarkan bahwa mencari kamar sewa menjadi masalah paling umum di kalangan mahasiswa.
"Sebagian mampu menyewa kamar dengan jaminan keuangan dari orang tuanya. Tapi situasinya sangat sulit bagi mahasiswa asing karena mereka sering kali tidak bisa menyerahkan jaminan semacam itu," kata Schmidt.
Jumlah mahasiswa di Jerman meningkat dari satu juta menjadi 2,9 juta dalam 12 sampai 15 tahun terakhir. Namun kegagalan pemerintah berinvestasi untuk membangun infrastruktur yang memadai, menyulitkan Jerman menampung jumlah mahasiswa yang tinggi, kata Stefan Grob, Wakil Sekretaris Jendral DSW.
"Kami khawatir bahwa kita sedang bergerak ke arah masyarakat dua kelas, dengan orang kaya yang mampu membiayai pendidikan di manapun, dan mereka yang tidak mampu, dan ini bisa menjadi bencana karena uang yang menentukan di mana mahasiswa bisa belajar, bukan lagi seberapa pintar mereka."
Janji investasi pemerintah
Ketika DSW menuntut pemerintah federal menambah skema pinjaman kredit pendidikan bagi mahasiswa, hanya 10 persen yang tercatat berhak mengajukan permohonan.
Untuk mengurai kerumitan, pemerintah Jerman mengumumkan subsidi senilai 500 juta Euro tahun ini untuk membantu mahasiswa, pelajar dan kaum muda mendapatkan rumah sewa.
Kementerian Perumahan mengatakan, subsidi senilai 500 juta Euro itu akan dianggarkan lagi pada 2024 dan 2025. Kebijakan tersebut disambut DSW, namun diragukan akan mampu membantu ribuan mahasiswa yang terancam menjadi tuna wisma pada semester musim dingin tahun ini.
"Mahasiswa bersaing untuk mendapatkan akomodasi dengan kelompok sosial seperti kaum manula, keluarga muda dan keluarga berpenghasilan rendah, pengungsi, dan lain-lain, apa yang kita bahas bukan cuma masalah bagi sistem pendidikan tinggi, tapi masalah sosial," kata Grob.
Sebagai hasilnya, sebanyak 200.000 mahasiswa di Jerman melamar untuk mendapat kamar di asrama, menurut Asosiasi Mahasiswa Berlin. Rata-rata, setiap mahasiswa harus menunggu tiga semester sebelum bisa mendapatkan kamar bersubsidi di asrama.
"Banyak mahasiswa yang pindah ke pinggir kota, atau bahkan di luar negara bagian dan bersedia untuk pulang-pergi setiap hari," kata Jana Judisch dari asosiasi di Berlin.
Carla, mahasiswa kesastraan di Berlin, termasuk yang beruntung, karena masih bisa menyewa apartemen bersama temannya. Tapi jika dulu, harga sewa jauh lebih terjangkau, kini situasinya sudah berubah. "Kita kenal banyak mahasiswa yang terpaksa tidur di sofa karena mereka tidak mendapat kamar sewa."
rzn/hp