Jerman Model Sukses bagi Dunia
3 Oktober 2015Waktu berlalu dengan cepat. Tanggal 3 Oktober 1990 Jerman menyatakan penyatuan kembali. Revolusi damai di Jerman Timur, memicu Jerman bersatu yang menjadi contoh cemerlang mengenai sebuah negara demokrasi.
Jerman setelah reunifikasi melanjutkan politik luar negeri yang mengedepankan haluan mediasi di Asia. Dalam hubungan bilateral dengan Indonesia misalnya, Berlin juga menyambut era baru di bawah Presiden Joko Widodo.
Berbagai kiprah Jerman di luar negeri mendemonstrasikan upaya negara ini untuk memberikan kontribusi positif bagi demokratisasi di seluruh dunia. Kini, Jerman ingin melihat komitmennya direfleksikan dalam reformasi PBB. Sebuah upaya, yang 25 tahun lalu samasekali tidak terbayangkan.
Di dalam negeri, Jerman juga mengalami perubahan substansial. Sistem politik terfragmentasi. Partai demokrat liberal, yang selama beberapa dekade ibaratnya menjadi penentu, siapa yang akan diraih berkoalisi membentuk pemerintahan, mendapat saingan partai-partai baru, seperti Partai Hijau yang cukup kuat, atau partai kiri "Die Linke" serta partai alternatif anti Uni Eropa.
Di sisi lainnya, sekitar 17 juta warga "bekas" Jerman Timur, kini sudah semakin terintegrasi, menjadi "warga Jerman" seutuhnya. Walau masih ada kesenjangan ekonomi, radikalisasi politik yang ditakutkan di awal reunifikasi, tidak berhasil mengangkat tema ini sebagai isu politik.
Perubahan sosial juga berlangsung secara konstan dan dalam spektrum luas. Setelah reunifikasi, Jerman menjadi negara tujuan imigran terpenting kedua setelah Amerika Serikat.
Tumbuhnya populasi imigran di Jerman, menjadi subtitusi dari merosotnya tingkat kelahiran alamian di negara ini, sekaligus mengubah wajah Jerman. Konsekuensinya: Jerman menjadi sebuah negara multi budaya, walau kelompok konservatif menentang hal tersebut.
Dari 82 juta populasi total di Jerman, sekitar 15 juta diantaranya memiliki latar belakang migran. Banyak yang beragama Islam. Beberapa tahun lalu, presiden Jerman saat itu, Christian Wulff, mengakui perkembangan ini, yang secara resmi menyatakan "Islam juga termasuk bagian dari kemasyarakatan Jerman"
Terlepas dari berbagai perubahan positif, masalah tentu saja tetap ada. Pada ulang tahun ke 25 reunifikasi, Jerman menghadapi meningkatkan ekstrimisme Islam, terkait isu Islamic State di Irak dan Suriah. Dinas rahasia dalam negeri menaksir, lebih 500 jihadis dari Jerman telah bergabung dengan ISIS. Jika mereka pulang, potensi ancaman tidak bisa diabaikan. Karena itu, masih banyak yang harus dilakukan, untuk mencegah radikalisasi di Jerman sendiri.
Tapi jangan dilupakan, model negara sosial yang diterapkan Jerman, telah sukses hampir di semua lini. Juga dalam olahraga, khusunya sepak bola. Negara ini melangkah ke arah yang tepat, dan boleh bangga atas semua prestasi yang diraih, walau beragam tantangan masih harus dihadapi.