Skandal Piala Dunia 2006
19 Oktober 2015Inilah dongeng yang membuat semua orang terkejut. Ketika penentuan tuan rumah Piala Dunia 2006 Afrika Selatan disebut-sebut sebagai favorit. Juga bagi presiden FIFA Joseph Blatter. Tapi yang keluar adalah nama Jerman. Sebetulnya, setengah jam setelah terpilihnya Jerman, sudah muncul desas-desus tentang beredarnya uang sogokan.
Dipertanyakan, mengapa delegasi Selandia Baru, Dempsey tiba-tiba menyatakan abstain. Setelah itu muncul bukti investasi yang mencurigakan perusahaan Jerman seperti Mercedes di Korea Selatan serta pemasokan senjata ke Arab Saudi. Kedua negara saat pemungutan suara tuan rumah Piala Dunia 2006 adalah anggota komite eksekutif FIFA. Tuduhan global terkait kemungkinan suap mencuat setelah orang dalam FIFA Guido Tognoni dalam sebuah wawancara TV secara terbuka mengungkapkan keraguannya mengenai pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2006. Jika tuduhan terbukti, Perhimpunan Sepakbola Jerman-DFB menghadapi krisis terberat dalam sejarahnya.
Tapi semua tuduhan harus dibuktikan. Presiden DFB saat ini, Wolfgang Niersbach dan fungsionaris FIFA Franz Beckenbauer diduga tahu adanya pembayaran "uang haram" itu. Jika terbukti, berarti tamatnya karir pimpinan DFB dan Sang Kaisar sepakbola Jerman. Apakah setelah skandal VW, kini skandal Piala Dunia 2006 akan jadi krisis sepakbola terbesar sepanjang sejarah DFB di Jerman?
Sistem FIFA harus diakhiri
Bau busuk yang terkuak dari skandal Piala Dunia 2006 bisa menjelaskan sikap "menahan diri" dari jajaran pimpinan DFB terkait tudingan skandal korupsi terhadap FIFA dan pucuk pimpinan UEFA. Niersbach selalu menjawab pendek, jika ditanya komentarnya mengenai tudingan skandal dan kecurangan para fungsionaris FIFA dan UEFA.
Setelah tuduhan suap makin panas, DFB juga bersikap menutup diri. Para petingginya tidak bisa dihubungi lewat telepon. Dengan pernyataan pers amat tipis, DFB juga berusaha menepis pemberitaan yang dilansir majalan Der Spiegel. Sebuah bantahan yang meyakinkan, harusnya tegas dan juga lugas.