Jika Data "Black Box" MH370 Terhubung dengan Cloud
22 Maret 201426 negara turut mencari pesawat Boeing 777 di kawasan hampir seluas benua Australia selama belasan hari. Hingga kini tanpa membuahkan hasil. Menurut Mark Rosenker, mantan ketua dewan keamanan transportasi nasional AS (NTSB), masa pencarian bisa dipersingkat, jika saja data kotak hitam penerbangan MH370 terhubung dengan pusat penyimpanan data di internet atau "cloud".
"Ini adalah kecelakaan kedua dalam lima tahun, dimana kita harus menunggu hingga kotak hitam ditemukan," ujar Rosenker. "Kita perlu memiliki konsep baru bagi investigasi kecelakaan dengan teknologi yang ada di abad 21."
Keterbatasan teknis dan biaya
Pakar penerbangan dan perwakilan industri penerbangan mengatakan, secara teknis seharusnya tidak masalah untuk streaming data rekaman penerbangan ke pusat penyimpanan data atau "cloud" virtual. Tapi akan ada keterbatasan broadband dengan biaya tinggi jika hendak melengkapi pesawat tua dengan peralatan elektronik baru.
Sistem baru manajemen lalu-lintas udara berbasis satelit yang diterapkan di Amerika Serikat, Asia dan Eropa dalam beberapa tahun ke depan akan memudahkan pelacakan pesawat terbang dan memonitor sistem pesawat saat terbang. Tapi para pakar memperingatkan, akan butuh waktu setidaknya 10 tahun hingga sistem tersebut digunakan di seluruh dunia.
Rosenker mengatakan, untuk menghemat data dan cakupan frekuensi, para penyidik bisa menyepakati jumlah data yang tidak terlalu besar untuk ditransmisi. Data ini bahkan bisa dikirim secara interval dan tidak terus menerus secara streaming.
ACARS lebih murah
Sebagian besar pesawat sudah memiliki sistem yang dikenal sebagai Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) yang melaporkan secara berjangka, baik melalui radio VHF atau satelit, akan performa pesawat dan mesinnya. Ini bisa menjadi kemungkinan lain para penyidik memperoleh data yang dibutuhkan.
Salah seorang wakil industri penerbangan yang menolak disebutkan namanya mengatakan, sejak kasus MH370 ia memperkirakan akan ada reformasi dalam sistem trasmisi data dari pesawat ke "darat". Tapi sepertinya, perusahaan penerbangan cenderung memilih untuk menambah jumlah data yang diterima dari sistem ACARS yang sudah ada, dibandingkan streaming data penerbangan.
"Biayanya terlalu mahal. Ada 93.000 penerbangan dalam sehari dan ada dua insiden dalam empat atau lima tahun," ujar wakil industri yang tidak diberi ijin untuk berbicara kepada media sejak pencarian pesawat berlanjut.
Biaya pencarian juga mahal
Di masa lalu, perusahaan penerbangan memang berargumentasi bahwa kecelakaan terlalu jarang terjadi untuk menambah biaya pengeluaran bagi streaming data rekaman penerbangan. Tapi menurut pakar Rosenker, biaya tersebut harus dibandingkan dengan biaya pencarian MH370 saat ini.
"Lihat apa yang terjadi sekarang. Kita kehilangan pesawat 777 dan lebih dari 200 orang. Angkatan laut dan pesawat dari seluruh dunia mencari pesawat ini. Biaya tersebut juga tidak murah," tandasnya.
vlz/hp (rtr/ap)