Kapal Feri Korsel: 30 Menit Berujung Petaka
18 April 2014
Waktu "setengah jam" adalah pertanyaan terbesar dalam tragedi kapal feri di Korea Selatan. Menurut transkripsi percakapan antara kapal dan daratan, selama itu pula kapten kapal menunda evakuasi sejak pertama kali mengirimkan alarm darurat.
Reaksi dari Pusat layanan Lalulintas Laut di pulau Jeju muncul lima menit setelah seorang perwira kapal meminta pertolongan lewat radio. Ketika diminta untuk segera meninggalkan kapal, perwira tersebut menjawab, "sulit buat penumpang untuk bergerak."
Seorang awak kapal kemudian mengklaim, perintah evakuasi dari kapten datang setengah jam setelah sinyal darurat dibunyikan. Sejauh ini kapten kapal, Lee Jun Seok, 69, belum memberikan penjelasan apapun terkait keputusannya itu.
Upaya Penyelamatan Terhadang Arus dan Cuaca
Selain itu kapal naas itu juga sedang dikemudikan oleh perwira ketiga ketika "kapal mulai tenggelam," kata Kepala Penyidik Jae Eok kepada kantor berita Yonhap. Tidak jelas di mana kapten kapal berada ketika insiden terjadi.
Tiga hari setelah tragedi tersebut, tim penyelamat masih berupaya menemukan ratusan penumpang yang hilang. Sejauh ini 28 orang telah dinyatakan tewas. Sebagian besar jenazah ditemukan terapung di permukaan air.
Tim penyelam yang diterjunkan berulangkali gagal memasuki badan kapal lantaran terhalang cuaca dan arus laut.Pemerintah meyakini sekitar 179 penumpang masih bertahan hidup di dalam kapal. Regu penyelamat sejak Jumat (18/4) mulai memompa udara ke dalam badan kapal.
Keluarga Korban Kehilangan Harapan
Sebagian besar korban adalah murid dan guru sebuah sekolah menengah atas Danwon ketika dalam perjalanan wisata ke pulau Jeju. 339 jumlah keseluruhannya. 14 diantaranya sudah meninggal dunia. Sementara 247 masih hilang dalam bencana maritim terburuk di Korea Selatan sejak 21 tahun terakhir.
Kini lebih dari 48 jam berselang harapan keluarga korban menyusut. Orang tua dari murid yang menumpang kapal "Sewol" saat ini menginap di sekolah, Melalui layar lebar mereka menyaksikan siaran langsung upaya penyelamatan.
"Ketika saya pertama kali mendapat telepon soal kapal yang karam, saat itu saya masih punya harapan," kata Cho Kyung-mi, yang kehilangan keponakannya yang berusia 16 tahun. "Dan kini semuanya sudah hilang."
"Mereka seharusnya segera menyelamatkan anak-anak itu pada hari ketika kapal karam. Apa yang mereka lakukan sekarang? tiga hari sudah berlalu. Anak-anak itu pasti kedinginan dan ketakutan, jauh di bawah laut," katanya.
rzn/ap (afp,ap,rtr)