1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kartu Peluang Jerman, Solusi Atasi Kekurangan Tenaga Kerja?

5 Juni 2024

Jerman meluncurkan Kartu Peluang, yang memungkinkan orang dari negara-negara non-Uni Eropa (UE) untuk mencari pekerjaan di Jerman. Kartu ini diharapkan dapat mengurangi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

https://p.dw.com/p/4geP3
Seorang perawat berjilbab sedang mengikuti pelatihan keperawatan
Jerman kekurangan tenaga kerja terampilFoto: Friso Gentsch/dpa/picture alliance

Dengan meluncurkan Opportunity Card atau Kartu Peluang, Jerman ingin menarik pekerja berkualifikasi dari luar negeri, yang diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di negara tersebut. Pendekatannya mirip dengan yang diterapkan Kanada atau Australia.

Berikut penjelasan sistem yang dimulai pada 1 Juni 2024.

Bagaimana cara kerja Kartu Peluang?

Mulai 1 Juni 2024, pencari kerja dari negara non-Uni Eropa bisa masuk ke Jerman dengan menggunakan Kartu Peluang. Artinya, mereka tidak perlu memiliki kontrak kerja. Sebaliknya, mereka diberi waktu satu tahun untuk mencari pekerjaan. Syarat untuk mendapatkan Kartu Peluang adalah minimal sudah mengikuti pelatihan kejuruan dua tahun atau punya gelar sarjana, di samping pengetahuan dasar bahasa Jerman pada tingkat "A1” atau bahasa Inggris pada tingkat yang lebih tinggi "B2”. Juga memiliki kaitan personal dengan Jerman memainkan peranan dalam tema ini.

Berdasarkan pengalaman kerja, kemampuan bahasa, usia, dan hubungan sebelumnya dengan Jerman, akan diberikan poin. Mereka yang memenuhi syarat untuk bekerja di sektor yang menglami kekurangan tenaga kerja parah, akan mendapatkan poin tambahan. Bergantung pada situasi, masa pencarian kerja dapat diperpanjang hingga maksimal dua tahun.

GoGerman: Peluang bagi Tenaga Kerja Indonesia dan Perusahaan Jerman

Berapa gaji minimal yang harus didapat pelamar?

Pencari kerja harus dapat menjamin, mereka  bisa memenuhi kebutuhan hidupnyaselama mencari pekerjaan. Hanya mereka yang sukses mendapatkan pekerjaan yang dapat menetap di Jerman. Namun syaratnya, mereka harus memiliki gaji kotor minimal 40.770 euro per tahun. Selama mencari pekerjaan, pelamar diperbolehkan untuk bekerja paruh waktu hingga maksimal 20 jam per minggu.

Kartu Peluang adalah bagian dari Undang-Undang Imigrasi Jerman untuk Pekerja terampil. Undang-undang tersebut disahkan pada tahun 2020 oleh koalisi besar Demokrat Kristen (CDU) dan Demokrat Sosial (SPD) yang berkuasa saat itu untuk menarik pekerja terampil dari negara-negara non-Uni Eropa.

Aturan apa saja yang berubah untuk Balkan Barat?

Pekerja dari negara-negara Balkan Barat, mulai 1 Juni, 2014 memiliki lebih banyak peluang di pasar tenaga kerja Jerman, meskipun mereka tidak memenuhi kriteria pendidikan sesuai yabng disyaratkan. Namun demikian, mereka harus dapat menunjukkan kontrak kerja sebelum memasuki Jerman.

Hingga saat ini, sekitar 25.000 pekerja dari Albania, Bosnia dan Herzegovina, Kosovo, Makedonia Utara, Montenegro, dan Serbia setiap tahunnya dapat masuk ke Jerman melalui Regulasi Balkan Barat. Kuota tahunan tersebut kini telah dinaikkan menjadi 50.000 orang.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Mengapa Jerman kekurangan pekerja terampil?

Menteri Tenaga Kerja Jerman Hubertus Heil mengatakan, hingga tahun 2035 Jerman membutuhkan tambahan tujuh juta pekerja terampil, untuk menggantikan pekerja yang pensiun. Target ini  tidak mungkin dicapai tanpa imigrasi. Terutama sektor keperawatan dan gastronomi sangat kekurangan pekerja terampil. Juga Jerman sangat kekurangan tenaga ahli Teknik Informatika.

Ada beraagam alasan untuk munculnya kekurangan tenaga kerja terampil ini. Secara demografi Jerman makin menua, dengan generasi baby-boomer pascaperang yang kini mencapai usia pensiun. Selain itu, muncul pekerjaan dan industri baru di sektor digital, di mana Jerman sangat kekurangan tenaga terampil.

Biasanya lowongan pekerjaan di bidang keperawatan geriatri dan produksi bahan bangunan, selalu kekurangan pelamar pekerja terampil. Kekosongan tenaga kerja di masing-masing sektor, rata-rata selama 251 hari di keperawatan dan 249 hari di sektor material bangunan, menurut Kementerian Ekonomi Jerman. Institut Ekonomi Jerman (IW) memperkirakan bahwa ongkos yang harus ditanggung dari kekurangan tenaga kerja terampil akan mencapai 49 miliar euro pada tahun 2024 saja.

Ekonomi lesu, lebih sedikit lowongan pekerjaan

Dibandingkan dengan tahun lalu, angka statistik ekonomi tahun ini agak membaik. Badan Ketenagakerjaan Federal (BfA) mengumumkan 701.000 lowongan kerja yang tidak terisi untuk bulan April 2024, sekitar 70.000 lebih sedikit daripada tahun 2023. Dan menurut Ifo Institute for Economic Research, kekurangan tenaga kerja terampil mengalami sedikit penurunan. Sebanyak 36,3% dari perusahaan yang disurvei melaporkan kekurangan tenaga kerja, atau turun jika dibandingkan dengan 43,6% pada tahun sebelumnya.

Menurut pakar Ifo, Klaus Wohlrabe, kekurangan tenaga kerja terampil ini sangat tergantung dari konjuntur ekonomi, dan akan meningkat lagi segera setelah konjunktur ekonomi pulih.

Seorang pemuda yang sedang menata kabel di dalam kotak sekering
Biaya kekurangan tenaga kerja terampil akan mencapai miliaran euro, kata para ahliFoto: Monika Skolimowska/dpa/picture alliance

Apa saja kerugiannya?

Terlepas dari semua inovasi tersebut, para peneliti migrasi tetap skeptis. Dalam sebuah wawancara dengan harian Jerman "Rheinische Post”, Herbert Brücker, dari Institut Penelitian Ketenagakerjaan yang berbasis di Nuremberg, meyakini dampaknya hanya akan terbatas. Berbeda dengan di Kanada misalnya, Jerman hanya menawarkan kesempatan untuk mencari pekerjaan. Namun, sistem poin di Kanada memfasilitasi izin tinggal permanen, yang membuatnya jauh lebih menarik.

Selain itu, Kartu Peluang tidak memberikan mitigasi yang substansial karena melalui konferensi jarak jauh, para pencari kerja di seluruh dunia sudah berjejaring dengan pemberi kerja potensial, dan mendapatkan pekerjaan melalui Facetime atau Zoom. Sebagian lainnya, kata Brücker, masuk ke Jerman sebagai turis dan mulai mencari pekerjaan selama masa tinggalnya.

Konfederasi Serikat Buruh Jerman (DGB) telah menunjukkan beberapa masalah dalam hal persyaratan. Konsep pelatihan kejuruan yang diakui secara resmi di Jerman, misalnya, tidak umum di banyak negara lainnya, di mana kaum muda mempelajari keterampilan mereka melalui pelatihan informal di tempat kerja. Selain itu, para pencari kerja harus membuktikan bahwa mereka dapat menjamin pemenuhan kebutuhan hidup mereka tanpa bergantung pada bantuan negara. Oleh karena itu, DGB hanya mengharapkan "dampak positif” yang lebih kecil dari kebijakan baru ini.

(ha/as)