Kasus Peracunan Navalny Picu Kemarahan Internasional
3 September 2020Dengan pernyataan singkat dan tegas kepada wartawan pada Rabu (02/09), Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan: “Sudah pasti bahwa Alexei Navalny adalah korban sebuah kejahatan. Dia dimaksudkan untuk dibungkam dan saya mengutuk ini sekeras mungkin, atas nama pemerintah Jerman.”
Merkel mengatakan tes toksikologi membuktikan secara meyakinkan bahwa tokoh oposisi Rusia itu telah diracuni dengan Novichok, sebuah agen saraf tingkat militer yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada akhir Perang Dingin, dan tidak diketahui keberadaannya di luar militer Rusia saat ini.
Hanya selang beberapa menit setelah pengumuman Merkel, para pemimpin dunia ikut menimpali dengan mengutuk keras tindakan keji itu.
Reaksi pemimpin dunia
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut bahwa penggunaan senjata kimia “keterlaluan”, dan menambahkan bahwa “Pemerintah Rusia harus menjelaskan apa yang terjadi kepada Navalny.”
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Ullyot menuliskan cuitan: “Amerika Serikat sangat prihatin atas hasil tes yang telah dirilis hari ini. Kasus Peracunan terhadap Alexei Navalny benar-benar perbuatan tercela,” tulisnya sembari menambahkan, “Rakyat Rusia memiliki hak untuk mengungkapkan pandangan mereka tanpa rasa takut atas upaya pembalasan apapun, apalagi dengan bahan kimia”.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan: “Saya mengutuk sekeras mungkin perbuatan mengejutkan dan tidak bertanggung jawab dengan menggunakan agen semacam ini.”
Le Drian menegaskan bahwa penggunaan Novichok sejatinya melanggar hukum internasional yang melarang senjata kimia.
Wakil Menteri Luar Negeri Polandia Marcin Prydacz pun menyerukan adanya penyelidikan internasional.
Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berkata: “Lagi-lagi, ini adalah tindakan pengecut dan keji. Pelaku harus diadili”.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengatakan bahwa UE turut mengutuk sekuat mungkin upaya peracunan terhadap Navalny, dengan menambahkan bahwa “penggunaan senjata kimia dalam keadaan apa pun sama sekali tidak dapat diterima dan melanggar hukum internasional.”
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pun mengutuk penggunaan zat saraf tingkat militer, dengan mengatakan “Ini mengejutkan, dan saya benar-benar mengecam itu.”
Dalam sebuah cuitan, Stoltenberg mengatakan: “Kami akan berkonsultasi dengan Jerman dan semua sekutu tentang implikasi dari temuan ini. NATO menganggap setiap penggunaan senjata kimia sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.”
Apa kata Rusia?
Sebagian besar otoritas Rusia menahan diri untuk tidak banyak berkomentar. Mereka lebih memilih untuk menuduh Jerman tidak berbagi hasil temuan dengan penegak hukum Rusia.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa pihak berwenang Rusia “siap dan berminat untuk kerja sama penuh dan bertukar informasi.” Peskov juga menegaskan kembali klaim bahwa dokter Rusia tidak menemukan zat beracun dalam tubuh Navalny.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova tampil di televisi pemerintah Rusia dan mengecam Jerman, mengatakan bahwa Berlin "membuat pernyataan publik tanpa memberikan fakta apapun.”
gtp/pkp