Kasus Teror Neo Nazi Harus Dijelaskan Tuntas
15 November 2011Belum ada bukti, tapi indikasinya memberikan petunjuk mengerikan. Diduga 12 tahun lamanya, sebuah kelompok ekstrim kanan dari kota Zwickau di timur Jerman, membunuh 10 orang, hampir semuanya imigran, serta melakukan puluhan kali perampokan bank. Tapi tidak ada satupun penyidik yang mencurigai, bahwa di belakang apa yang dijuluki kasus“pembunuhan penjual kebab“, yang ditangani sebagai tindak kekerasan terisolasi, berlangsung sebuah sistem dan ideologi kebencian ekstrim kanan.
Bagaimana mungkin hal itu terjadi di Jerman? Di mana jawatan pelindung konstitusi dan polisinya bercitra serta memiliki perlengkapan amat bagus. Tidak ada jejak memberatkan yang mengarah pada latar belakang ekstrim kanan, demikian penjelasan menteri dalam negeri Jerman. Apakah karena tugas para pejabat penyidik lebih diprioritaskan pada tersangka pelaku kekerasan radikal Islam? Atau karena ideologi ekstrim kanan lebih dapat diterima? Atau karena kemungkinan keterlibatan para informan jawatan pelindung konstitusi hendak disembunyikan atau dicegah untuk diketahui? Semua pertanyaan, sekarang harus dijawab dengan penjelasan yang tanpa tedeng aling-aling, cepat dan menyeluruh.
Pemerintah Jerman telah mengumumkan niatnya. Itu bagus. Walau demikian, hal itu hendaknya tidak hanya merupakan penyelesaian secara politik. Melainkan, penjelasan dari rangkaian aksi kekerasan yang terungkap sekarang, harus dibarengi debat publik luas di masyarakat imigran Jerman. Dengan itu, hendaknya tidak ada lagi yang disembunyikan, mengenai apa yang saat ini tidak memiliki tempat lagi di Jerman. Yakni ideologi membuta dan aksi kekerasan ekstrim kanan.
Rangkaian aksi pembunuhan yang kini terungkap, menunjukkan bahwa gagasan rasisme masih tetap memiliki tempat di masyarakat. Di sejumlah kawasan di timur Jerman, kelompok Neo Nazi bertindak sebagai pemimpin gerombolan, dan menyatakan desanya sebagai “zona bebas“ atau “zona nasional“. Mereka menyanyikan lagu-lagu Nazi dalam pertemuan perhimpunan, serta meneror orang yang memiliki pendapat berbeda, baik itu orang asing maupun kelompok kiri.
Memang itu bukan mayoritas. Akan tetapi, yang bergaya mayoritas adalah semua anggota Neo Nazi, yang siap memaksakan ideologinya dengan kekerasan, dan dapat mengharapkan dukungan dari orang yang sehaluan dan sepaham. Di sinilah terletak bahayanya. Hal itu, kini harus ditangkal, lewat diskusi publik menyangkut ekstrimisme kanan.
Walaupun terjadi migrasi sejak beberapa dasawarsa, di dalam masyarakat Jerman meluas pola pikir dan struktur paralel. Pola pikir ini melepaskan diri dari nilai-nilai dasar demokrasi. Orang asing, biasanya dituduh bersalah, cocok sebagai gambaran musuh dan menjadi sasaran agresi membabi buta. Terutama hal ini meluas di kalangan warga yang merasakan menjadi pecundang dalam perkembangan kemasyarakatan, terkait pengangguran dan tidak adanya perspektif. Hal semacam ini sudah tertanam sejak abad pertengahan. Sebuah refleks yang tidak berubah, walaupun dilaksanakan politik integrasi dan digelar perundingan meja bundar serta banyak sekali imbauan politik.
Apakah dalam kasus teroris Zwickau yang kini terungkap, masalahnya tetap seperti itu? Hasil penyidikan yang mula-mula harus menunjukkannya. Tapi terkait hal itu, juga tidak perlu meminta maaf.
Jerman dalam tatanan Eropa, memiliki kuota imigran jauh di atas rata-rata yakni sekitar 10 persen. Kebanyakan warga asing mendapat pekerjaan dan memperoleh penghasilan di Jerman. Tapi, bukan hanya menimbang tujuh juta imigran, melainkan berlandaskan konstitusi demokratis dan penerapannya di Jerman, semua warga memiliki kewajiban, menumpas teror radikal kanan dari bibitnya. Jika tidak, Jerman akan mempertaruhkan produktivitas ekonomi dan integritas kemasyarakatannya di masa depan.
Ute Schaeffer /Agus Setiawan
Editor : Vidi Legowo-Zipperer