Kebangkitan Ponsel 'Jadul'
26 Mei 2014Smartphone yang semakin canggih ternyata bukan jaminan kepuasan konsumen. Kini para pengguna mengeluhkan dan muak akan smartphone yang rentan dan tergantung pada jaringan internet. Tuntutan ini membangkitkan ponsel merek Nokia, Ericssons dan Motorola dari 'kuburan telepon genggam'. Tidak ada app, percakapan video dan smiley face. Ponsel seperti Nokia 3310 atau Motorola StarTec 130 hanya mampu mengirim SMS dan menelepon.
Tapi justru ini yang diinginkan. Permintaan akan ponsel semacam itu semakin bertambah. Beberapa ponsel bekas bahkan harganya mencapai 1000 Euro atau sekitar 15 juta rupiah. "Orang tidak peduli dengan harganya. Kami punya tipe ponsel yang harganya bahkan lebih dari 100 Euro. Harga tinggi ini karena barangnya langka. Saat dulu diluncurkan pun hanya dalam jumlah terbatas," jelas Djassem Haddad yang memiliki toko online ponsel bekas vintagemobile.fr sejak 2009.
Sekedar tren sesaat?
Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, ia telah menjual lebih dari 10.000 ponsel. "Populasi yang semakin tua mencari ponsel yang lebih mudah, sementara konsumen lain ingin ponsel kedua yang lebih murah," tambah Haddad. Salah satu ponsel bekas yang laku terjual, menurut toko online Haddad adalah Nokia 8210 yang memiliki layar monokrom kecil dan tuts plastik. Harganya 59,90 Euro.
Ironisnya, tren ini dimulai justru setelah industri telekomunikasi menjauhkan diri dari ponsel-ponsel tersebut dan menyerukan smartphone sebagai alat komunikasi masa depan. Perusahaan Nokia adalah perusahaan ponsel terbesar sebelum diluncurkannya iPhone atau Samsung Galaxy. Tahun ini perusahaan Finlandia tersebut menyerahkan divisi ponselnya ke Microsoft setelah gagal menahan gempuran smartphone.
Bagi Damien Douani, pakar teknologi baru di FaDa social agency, kembali diincarnya ponsel lama hanyalah tren belaka. "Ada sensasi luar biasa saat menemukan obyek yang kita kenal di era lain. Seperti membayar sepatu vintage yang dulu tidak mampu kita beli saat masih remaja," ujar Douani keada kantor berita AFP. Dan dengan semua yang bergantung pada jaringan internet, tidak memiliki akses internet adalah tren saat ini. Douani menambahkan, "Jaman sekarang smartphone yang dimiliki semua orang tampilannya mirip. 10 tahun yang lalu, produsen ponsel lebih kreatif."
vlz/yf (afp)