Kendaraan Listrik Makin Populer di Cina
26 Februari 2012Kini setiap tahunnya terjual sekitar 20 juta sepeda listrik di Cina. Peminatnya berasal dari berbagai kalangan, dari buruh migran sampai kelas menengah baru yang tak sudi terjebak macet. Seorang pemilik toko sepeda listrik Fu Lei menceritakan sepuluh tahun lalu, moda listrik, tidak laku. Orang menganggapnya lebih lamban dari motor, tapi sebagai sepeda, tidaklah stabil, “Sejak beberapa tahun lalu, terjadi perubahan. Orang mulai berpikir tentang lingkungan dan mahalnya harga bensin.
Selain sepeda listrik, Cina juga berminat pada mobil elektronik, sebagai solusi atas ketergantungan pada impor minyak dan polusi perkotaan.
Kerjasama GIZ-CATARC
Christian Hochfeld dari Jerman, gemar mengendarai scooter listrik. Dia adalah pimpinan proyek institusi bantuan Jerman GIZ di Cina. Ia ingin membantu pengembangan sarana transportasi listrik yang ramah lingkungan, “Dengan proyek ini kami harapkan, GIZ mampu membantu mengembangkan scooter dengan baterai litium dan energi terbarukan.”
Christian Hochfelds membahas pentingnya pengembangan moda listrik ini dengan kementerian dan jawatan di Cina. Tugas besarnya adalah untuk menjadi mitra CATARC atau Pusat Penelitian dan Pengembangan Otomotif Cina.
CATARC memandang transportasi listrik merupakan kesempatan baik bagi Cina, sebagai sebuah pasar baru terpadu. Seperti diungkapkan Wu Zhixin, wakil presiden CATARC, “Ribuan pengusaha kini melirik transportasi elektronik. Mengunjungi sebuah pabrik motor listrik di Tianjin, sudah sepuluh tahun perusahaan Santroll memasarkan produknya. Awalnya hanya memproduksi aksesoris motor listrik. Kini perusahaan itu mengembangkan motor elektrik dan berharap dapat mengekspornya.”
Pentingnya Baterai Isi Ulang
Christian Hochfeld menyambangi sebuah kawasan industri, tepatnya ke sebuah perusahaan kerja sama Jepang Cina, yang memproduksi baterai litium.
Teknik baterai merupakan tulang punggung kendaraan elektronik. Tanpa menguasai teknologi ini maka akan sulit menjual kendaraan listrik di pasaran. Dibutuhkan waktu sekian tahun untuk dapat mengujinya.
Hampir 2000 km ke arah selatan Shenzhen, di pabrik otomotif BYD, selain memproduksi mobil, pegawainya juga memproduksi moda listrik..
Dengan mesin bahan bakar konvensional, teknologi Cina tertinggal di belakang. Untuk model kendaraan elektronik, Cina berharap dapat disukai pasar internasional.
Stasiun Isi Ulang
Di sebuah stasiun isi ulang baterai BYD dapat dilihat desain lokasinya mirip dengan pom bensin biasa. Namun isi ulang listrik ini cukup memakan waktu, bisa sampai 40 menit.
Namun mengandalkan stasiun isi ulang ini saja tidak cukup. Di setiap tempat parkir semestinya juga harus disediakan stop kontak untuk isi ulang. Hal yang tak mudah dilakukan.
Cina berharap dapat mengembangkan mobil dan motor listrik, meski masih menggunakan listrik dari batu bara yang kotor. Kembali Christian Hochfeld dari GIZ, “Mereka tidak dapat menghindari seluruh emisi. Kita di sini tidak bicara tentang bebas emisi, tapi paling tidak mereka dapat memindahkan emisi ke lokasi pembangkit listrik. Di sana emisi lebih mudah disaring, daripada menyaring emisi di jalanan.”
Pemerintah Cina sudah memutuskan dalam rencana lima tahunnya, bahwa kendaraan elektronik menjadi industri kunci. Kotornya udara dan tingginya emisi karbondioksida di Cina masih akan cukup lama menggelayuti keseharian Cina. Namun untuk menjaga lingkungan, tak ada kata terlambat.
Global Ideas/Purwaningsih
Editor : Kostermans