Keracunan Logam Berat di Cina
8 Januari 2010Cina sering dikritik karena tidak memperhatikan standar keamanan kerja, di pabrik dan luar pabrik. Menanggapi laporan terbaru mengenai pekerja yang keracunan logam berat merkuri, juru bicara pabrik Foshan Electrical and Lighting berkilah bahwa banyak pekerja enggan menggunakan masker pelindung ketika bekerja dengan cairan air raksa.
Profesor Michael Lentze dari pusat pengawasan bahan beracun di Jerman mengatakan, tindakan itu dapat sangat berbahaya. Katanya, "Anda dapat keracunan karena menghirup uap air raksa. Jadi pekerja di kawasan industri, ketika mereka bekerja dengan air raksa, cairannya dapat menguap dan jika Anda tidak menggunakan masker di wajah, Anda akan menghirup uap air raksa dan dapat keracunan."
Lentze menambahkan, air raksa dapat masuk ke dalam tubuh lewat konsumsi air yang tercemar langsung limbah industri atau bahkan akibat memakan kerang, karena banyak polutan beracun dan berbahaya yang dibuang ke laut. Keracunan logam berat dapat mengakibatkan dampak serius pada tubuh.
Lentze menjelaskan, "Keracunan air raksa berdampak pada ginjal dan otak, dan karenanya dapat mengakibatkan gangguan jaringan syaraf."
Keracunan logam berat bukanlah hal baru di Cina. Sejak Agustus 2009, seluruhnya 3000 anak dilaporkan keracunan timah hitam atau timbal. Ada pula yang keracunan timbal akibat penggunaan bensin yang mengandung timbal. Unsur timbal masuk ke dalam tubuh akibat terhirup atau merasuk lewat kulit.
Profesor Lentze menjelaskan, "Timah hitam atau timbal sangat beracun bagi tubuh. Zat itu meracuni otak, jantung, hati dan ginjal."
Keracunan logam berat dapat pula mengakibatkan rasa cemas berlebihan, menurunnya daya ingat, dan kerusakan otak. Terdapat beberapa metode pengobatan untuk membersihkan tubuh dari unsur beracun tersebut, namun jika keracunan itu terdeteksi dini. Namun pencegahan tentu lebih baik dari pengobatan.
Direktur organisasi perlindungan lingkungan WWF untuk Cina, Dermot O'Gorman, menjelaskan, "Apa yang kita lihat beberapa dasawarsa terakhir ketika Cina berubah menjadi pusat industri dunia, dalam artian produksi barang murah, juga telah menimbulkan banyak masalah lingkungan. Yang terlihat tidak hanya polusi air dan masalah polusi lainnya. Tapi saya pikir kita saat ini sedang melihat upaya pemerintah pusat untuk membersihkan lingkungan. Tapi masih banyak tantangan pada tingkatan provinsi dalam menerapkan peraturan perlindungan lingkungan, dan menurut saya tantangannya masih banyak saat ini."
Lingkungan hidup di Cina menanggung beban paling berat dari pembangunan pesat ekonomi negara tirai bambu tersebut. Apalagi karena pemerintah sangat berorientasi pada hasil sesaat dan mengabaikan dampak lingkungan. Namun, terdapat bukti bahwa pembangunan ekonomi dapat bersanding dengan produksi ramah lingkungan, dan Cina juga berupaya melakukannya.
Sarah Berning/Luky Setyarini
Editor: Agus Setiawan