Kisah Tragis Badak Putih Jantan Terakhir di Dunia Mati
21 Maret 2018Badak putih utara jantan terakhir di dunia bernama Sudan, telah mati di Kenya. Ini berarti hanya ada dua badak betina dari subspesies sama yang masih bertahan hidup. Sudan telah lama sakit dan terlalu tua untuk berkembang biak.
Kondisi Sudan yang berumur 45 tahun itu dilaporkan memburuk dengan cepat dalam 24 jam terakhir. Demikian pernyataan dari Ol Pejeta Conservancy di Kenya, Selasa (20/03).
Sudan "dirawat karena komplikasi terkait usia yang menyebabkan perubahan degeneratif pada otot dan tulang serta luka besar pada kulit."
Pakar veteriner mengambil keputusan untuk melakukan euthanasia atau suntik mati terhadap hewan langka tersebut pada hari Senin (19/03). Sudan saat itu sudah tidak mampu berdiri.
Dua badak betina dari subspesies sama yang tersisa adalah anak betinanya Najin, dan cucu betinanya Fatu. Kedua badak putih betina itu hidup di Ol Peteja.
Dijaga petugas bersenjata
"Sudan hanya bisa hidup begitu lama, 45 tahun, karena badak ini dijaga dan berada di bawah perlindungan petugas bersenjata, yang bertugas 24 jam sehari, dari incaran para pemburu liar", ujar organisasi Helping Rhinos. Badak diburu terutama karena culanya, yang biasanya digergaji dari kepala badak yang mati atau terluka parah. Cula badak dalam pengobatan tradisional Cina diyakini berkhasiat ampuh dan membuat pria perkasa. Cula badak juga digunakan untuk membuat gagang pisau Jamibiya di Yaman.
"Kematian Sudan adalah yang kita harapkan terjadi untuk semua badak - yakni kematian alami dan bukan akibat pembunuhan berdarah," kata Helping Rhinos, yang juga memposting video dedikasi bagi Sudan.
Mengingat statusnya sebagai jantan terakhir dari jenisnya, Sudan telah menjadi selebriti, yang terdaftar tahun lalu di aplikasi kencan Tinder sebagai "the most eligible bachelor in the world."
"Dia adalah duta besar besar untuk spesiesnya dan akan dikenang atas apa yang dia lakukan untuk meningkatkan kesadaran global tentang penderitaan yang dihadapi tidak hanya oleh badak, tetapi juga ribuan spesies lainnya yang menghadapi kepunahan sebagai akibat dari ulah manusia," kata CEO Ol Pejeta, Richard Vigne.
Richard Connor (vlz/as)