Klub Sepak Bola Jerman Bantu Anak Pengungsi Berintegrasi
11 November 2024Hanya dengan beberapa gerakan tangan, Salim Mehdaoui menunjukkan apa yang dia inginkan dari anak-anak yang dikumpulkan di ruang olahraga sebuah sekolah dasar di Bonn. Mereka berkumpul di tengah ruangan dan membentuk lingkaran. Beberapa terlihat gugup sambil menatap sang pelatih dan menunggu giliran mereka.
Salim memegang bola dan setelah menyebut nama setiap anak-anak itu, ia mulai melatih mereka. "Anak-anak mulai terbiasa dengan ritual kami. Seperti memberi salam dan berpisah,” kata sang pelatih kepada DW. Selain olahraga, ini juga tentang kebersamaan sosial para anggota, jelas Salim.
Lingkungan sosial di klub itu penting, karena para anggota ini berasal dari tempat penampungan awal bagi para pengungsi.
"Pelatihan seperti ini penting bagi anak-anak karena ketika mereka menmgungsi, banyak dari mereka yang memiliki pengalaman harus menjadi yang terkuat. Seringkali sikap mereka bisa sedikit brutal,” kata Antje Nekhili kepada DW.
"Di sini mereka diajar untuk lebih bisa pengertian lagi. Anak-anak akan bisa memiliki hubungan sosial yang baik dan menyenangkan lagi.”
Nekhili adalah koordinator relawan di rumah pengungsi, yang meluncurkan proyek "Football Connects” bersama dengan Hertha Bonn pada Maret 2022.
Kendala bahasa menjadi tantangan tersendiri
Akhirnya bola bergulir, dan suasana menjadi sedikit riuh di dalam ruang olahraga kecil itu. Gelak tawa berbaur dengan perayaan sebuah gol, terlihat jelas raut kegembiraan yang menular positif.
"Ini membuat saya sangat gembira,” kata Salim Mehdaoui. "Anda bisa melihat bahwa ini bermanfaat bagi anak-anak, dan itu sangat memotivasi saya.”
Ketika proyek ini diluncurkan dua tahun lalu, mahasiswa ini baru saja menyelesaikan jeda tahun ajaran dengan mengikuti program kerja sosial secara sukarela di Hertha Bonn. Salim menyusun sejumlah buku panduan, mengingat komunikasi merupakan tantangan tersendiri bagi dia dan rekan-rekannya.
"Tentu saja ini merupakan tantangan, karena ada kendala bahasa dan selalu ada anak-anak baru di setiap pelatihan,” kata Jörg Michael, wakil presiden Hertha Bonn, kepada DW. "Anak-anak itu berasal dari berbagai negara dan sering kali tidak berbicara dalam bahasa yang sama.”
Menurut Michael, hal ini menyulitkan para pelatih untuk menjangkau semua anak.
Salim Mehdaoui mengatasi masalah ini dengan mengembangkan solusi bersama beberapa pihak yang bertanggung jawab di klub itu. Komunikasi, jika tidak dalam bahasa Inggris atau Prancis, akan dipraktikkan secara nonverbal melalui kartu-kartu kecil yang diperlihatkan Salim kepada anak-anak.
Dengan begitu, tidak lagi perlu berbahasa yang sama, kata Nekhili. "Dengan cara ini kita bisa berteman dengan orang-orang yang mungkin dalam konteks lain memiliki budaya yang berlawanan, karena mereka bermain di tim yang sama.”
Klub menggunakan sepak bola sebagai bahasa universal, yang menurut Michael mudah dipahami di seluruh dunia.
DFB: 'Sebuah contoh yang mengesankan dari sikap tanpa pamrih'
"Istirahat lima menit,” atau tanda berhenti sederhana pada sebuah kartu ditampilkan sehingga anak-anak mengerti apa yang harus mereka lakukan. Dan itu berhasil. Proyek ini sukses besar dan baru-baru ini dianugerahi penghargaan atas integrasi dan toleransi dalam sepak bola oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman, DFB.
Di bawah kepemimpinan Presiden DFB Bernd Neuendorf, Hertha Bonn terpilih dari 134 nominasi untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Asosiasi menyebut klub ini sebagai "sebuah contoh yang mengesankan dari sikap tidak mementingkan diri sendiri, di mana ini bukanlah cara untuk mendapatkan anggota klub di masa depan.” Anak-anak akan pindah dari fasilitas pengungsi Bonn dalam beberapa hari atau beberapa pekan mendatang.
Meski masa tinggal anak-anak ini hanya sebentar, mereka merasakan manfaat dari sesi latihan mingguan. Selain sebagai selingan dari kehidupan sehari-hari di tempat penampungan pengungsi, anak-anak juga belajar keterampilan sosial yang begitu penting, sekaligus budaya Jerman.
"Sesi pelatihan mengubah perilaku anak-anak. Jika mereka sudah pernah ikut, mereka bisa membantu anak-anak lain,” kata Nekhili. "Mereka saling mendukung satu sama lain dan berbagi ilmu pengetahuan.”
Bagi Jörg Michael, proyek ini menunjukkan betapa pentingnya institusi seperti klub sepak bola untuk integrasi. "Seharusnya klub-klub sepak bola memiliki kewajiban untuk terlibat secara sosial,” ujarnya. "Itulah mengapa kami mengembangkan panduan ini dan ingin menunjukkan betapa sederhananya menawarkan pelatihan ini.”
Setelah 60 menit berlalu, sesi hari ini berakhir. Anak-anak itu sekali lagi lari berputar dan menggunakan energi terakhir mereka yang tersisa untuk meneriakkan "Fussball”, semuanya dalam satu bahasa, dan tersenyum berseri-seri.
Artikel ini diadaptasi dari bahasa Jerman