Konferensi Damai Timur Tengah Dibuka di Paris
3 Juni 2016Sejak pecahnya perang saudara di Suriah dan krisis pengunsi di Eropa, konflik Israel dan Palestina absen dari panggung internasional. Kini sebuah konferensi di Paris berupaya menghidupkan kembali perundingan damai antara kedua negara.
Sebanyak 28 negara dan organisasi internasional diundang ke Paris, Jumat (03/06), atas permintaan pemerintah Perancis. Termasuk di antara yang hadir adalah Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon dan Utusan Khusus Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini.
Konferensi tersebut bakal membahas hambatan diplomasi yang menyulitkan negosiasi kedua pihak. "Saat ini jika kita undang utusan Palestina dan Israel untuk duduk di satu meja, diskusinya cuma akan berlangsung kurang dari lima menit," tutur Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Acrault.
Negosiasi langsung, katanya, tidak akan berhasil. Ironisnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru mengungkap sebaliknya. "Jika negara-negara yang bertemu di Paris serius menginginkan damai, mereka harus bergabung dengan saya mengajak Abu Mazen untuk datang ke negosiasi langsung," ujarnya menyebut nama panggilan Presiden Palestina, Mahmud Abbas.
Konferensi Paris ingin mengembalikan inisatif damai Arab Saudi 2002 ke meja perundingan. Insiatif tersebut mencakup kesediaan negara-negara Arab mengakui kedaulatan Israel. Sebagai gantinya Israel harus menarik pasukannya dari wilayah pendudukan 1967 dan membantu pembentukan negara Palestina.
Gagasan tersebut sempat diabaikan oleh Israel. Tapi Senin (30/6) Netanyahu mengisyaratkan perubahan sikap. Menurutnya inisatif damai Saudi "mengandung elemen-elemen positif yang bisa membantu menghidupkan kembali negosiasi konstruktif dengan Palestina."
Pemerintah Perancis berambisi memfasilitasi perundingan damai langsung antara Palestina dan Israel selambatnya akhir tahun ini.
rzn/hp (afp,rtr)