Konflik Israel-Palestina Makin Rumit
19 Agustus 2011Harian Austria Salzburger Nachrichten menyoroti ancaman teror yang baru terhadap Israel dan menulis:
Sejak terjadinya revolusi di Mesir, kelompok-kelompok teror berulangkali melakukan serangan terhadap kepentingan Amerika Serikat, Mesir dan Israel di semenanjung Sinai. Kelompok-kelompok ini mendapat dukungan dari suku-suku Beduin di gurun pasir, yang bermusuhan dengan Kairo. Saluran pipa gas yang menghubungkan Israel dan Yordania sudah lima kali diserang. Hari Minggu lalu, pasukan Mesir mulai melakukan serangan ke tempat persembunyian kelompok-kelompok teror itu. Tapi serangan ini kelihatannya terlambat. Di kawasan perbatasan antara Mesir, Israel, Yordania dan Gaza kini muncul aktor baru yang berbahaya. Dengan demikian, masalah Palestina yang kompleks jadi makin rumit.
Harian Jerman Tagesspiegel mengulas latar belakang serangan-serangan baru terhadap Israel sebagai dampak perubahan di Mesir dan kawasan Arab:
Tak perlu diragukan lagi, bahwa serangan dekat kota perbatasan Israel Eilat, dengan sekian banyak korban tewas dan luka-luka, bisa terjadi karena Mesir tidak mampu lagi mengawasi kawasan semenanjung Sinai. Itu memang perkembangan yang logis. Bagi pemerintah baru di Kairo, ada kepentingan keamanan lain yang punya prioritas lebih tinggi. Ini adalah masalah baru yang penting diperhatikan, setelah munculnya gerakan perlawanan di dunia Arab yang disebut sebagai musim semi Arab. Struktur-struktur lama sudah tersingkir, sementara struktur yang baru masih perlu waktu, agar bisa berfungsi. Bagi Israel, situasinya akan jadi lebih sulit.
Harian Belanda de Volkskrant menilai, rangkaian serangan teror di Israel justru akan menguntungkan kubu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu:
Kelompok mana yang bertanggung jawab atas serangan dekat perbatasan ke Mesir, masih belum jelas. Biasanya kawasan ini cukup tenang. Yang pasti, para pelaku serangan memang ingin menyebar kematian dan kehancuran. Mereka sudah tidak punya akal sehat untuk menilai situasi politik. Serangan teror yang menggemparkan ini hanya akan menguatkan pemerintahan Netanyahu. Pemerintah Israel sedang menghadapi kritik luas di dalam negeri karena situasi ekonomi dan sosial yang buruk. Sekarang, masalah keamanan akan menjadi tema utama lagi. Fokusnya adalah para teroris Palestina yang berbahaya dan tidak bisa diperhitungkan.
Harian liberal kiri Inggris Independent menyoroti tuntutan barat agar pemimpin Suriah Bashar al Assad mengundurkan diri:
Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton menegaskan, soal ini harus diputuskan sendiri oleh rakyat Suriah, tanpa intervensi langsung dari pihak barat. Oposisi di Suriah lebih terpecah-belah dibanding oposisi di Libya. Amerika Serikat sudah belajar dari Irak, bagaimana konflik antar kelompok agama bisa meledak setelah runtuhnya seorang diktator. Di Suriah, ketegangan antar kelompok mirip dengan di Irak. Selain itu, Suriah memainkan peran sangat penting dalam konflik antara Israel dan Palestina. Tapi, kekuasaan Assad kelihatannya memang sudah menjelang akhir.
Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Dyan Kostermans