040809 Fatah Palästinenser
4 Agustus 2009Situasi di Bethlehem beberapa hari terakhir ini ibarat menjelang natal. Gereja Kelahiran Kristus ditutup dengan pagar biru. Di setiap sudut kota berjaga sedikitnya satu polisi. Hotel-hotel penuh, bendera dan umbul-umbul menghiasi tiang-tiang lampu jalan.
Selasa ini (04/08) dimulai kongres partai Fatah yang diketuai Presiden Palestina Mahmud Abbas. Di bawah kepemimpinannya, sekitar 2200 utusan akan membahas arah politik gerakan Fatah dan memilih pimpinan baru, yaitu komite pusat yang paling berkuasa dalam organisasi itu. Mereka akan memutuskan apakah Fatah dapat bertahan hidup secara politis.
Telepon genggam Fuad Kukali tak pernah diam sejak kongres dibuka. Si penelepon menanyakan nama-nama orang, tapi Kukali ingin membicarakan program Fatah kelak. Misalnya, rencana yang menuntut bentuk baru perlawanan terhadap pendudukan Israel dan pembangunan pemukiman Yahudi. Kemungkinan perlawanan dengan senjata tetap terbuka lebar.
Fuad Kukali mengatakan, "Kami yakin perlawanan bersenjata tidak akan membantu, tapi kami tidak bisa mencoret opsi ini dari meja perundingan."
Topik ini menunjukkan dilema yang dihadapi Fatah. Organisasi ini tak mau dianggap mengancam masyarakat internasional, tapi pada saat yang sama harus mencari sambungan dengan masyarakatnya sendiri yang sebagian besar mengalami kekerasan. Lewat kolonisasi pemukim Yahudi, penempatan tentara Israel di daerah pendudukan atau semisal serangan militer Israel januari lalu terhadap Hamas dan rakyat di Gaza.
Namun Fuad Kukali mengatakan, untuk memenangkan dukungan rakyat Palestina, struktur Fatah juga harus diubah. Fatah dan pemerintah otonomi Palestina, dengan kata lain aparat pemerintah, harus dipisahkan satu sama lain.
"Kita harus menetapkan batasan agar menjadi jelas bagi rakyat. Karena itu salah satu keputusan kongres nanti adalah, barang siapa duduk di komisi pusat Fatah, tidak boleh menjabat sebagai menteri, duta besar atau memimpin aparat keamanan", tambah Fuad Kukali.
Tak semua anggota setuju pada pemisahan antara jabatan di komisi pusat dan pemerintahan. Rencana itu juga mengandung konsekuensi. Tanpa nama-nama besar, tokoh-tokoh terkenal, Fatah menghadapi masalah.
Ini juga dipahami Mahmout al-Aloul, mantan Gubernur Nablus. Ia mengatakan, "Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, dibutuhkan dua hal. Yaitu program yang jelas dan kepemimpinan yang kredibel dan mampu merealisasikan program tersebut."
Tapi siapa yang cukup baik untuk memimpin Fatah kelak? Ahmed Qureia, mantan PM yang dituduh terlibat kasus korupsi? Ataukah Mohammed Dahlan yang dituduh banyak orang bertanggungjawab atas kekalahan Fatah di Gaza? Pertanyaan-pertanyaan pribadi berpotensi memecah belah organisasi.
Di pusat kota Bethlehem, sejumlah pedagang masih menambah persediaan barang. Seorang pria memasukkan karton-karton bir ke mobilnya. Juga minuman penambah energi. Tapi minuman itu bukan untuk para delegasi.
Si pedagang mengatakan, "Minuman ini untuk para turis. Tidak ada yang berubah, para turis memberi lebih banyak daripada kongres Fatah."
Kongres tiga hari di Bethlehem adalah juga awal bagi Fatah dalam perang melawan memudarnya arti organisasi tersebut di kalangan rakyat Palestina.
Torsten Teichmann/ Renata Permadi
Editor: Dyan Kostermanns