Korsika Larang Burkini Setelah Perkelahian Massal
16 Agustus 2016Sebuah kawasan wisata pantai di Korsika menjadi kota ketiga di Perancis yang melarang pakaian renang muslim, Burkini, menyusul perkelahian di pantai pada akhir pekan lalu. Sebelumnya kota wisata Cannes dan Villeneuve-Lobet juga melarang Burkini dengan dalih bertentangan dengan hukum sekularisme Perancis.
Walikota Sisco, Ange-Pierre Vivoni, memastikan bahwa Burkini tidak diterima di kotanya. "Penduduk di sini merasa terprovokasi oleh hal-hal semacam itu," ujarnya. Ironisnya Vivoni mengklaim dirinya tidak ingin mengucilkan kaum muslim, melainkan mengusir kaum fundamentalis Islam yang hidup di Korsika.
"Orang-orang semacam itu tidak punya urusan di sini," pungkasnya.
Sabtu (13/8) silam tiga keluarga muslim yang sedang bersantai di pantai terlibat bersitegang dengan sekelompok remaja lokal. Saksi mata berkisah pada harian Le Monde, salah seorang ayah dari keluarga muslim tersebut mengeluhkan aksi pemuda mengambil gambar isterinya. Setelah terlibat adu mulut remaja tersebut memanggil orangtuanya.
Sebagai akibat perkelahian empat orang mengalami luka-luka, termasuk seorang perempuan hamil. Polisi juga menghadang aksi 200 penduduk lokal yang berniat menyambangi kompleks perumahan yang didiami oleh kebanyakan migran Afrika Utara. Mereka dikabarkan meneriakkan yel-yel nasionalis, "ini adalah rumah kami."
Namun kepada media, Walikota Sisco, Vivoni membantah bahwa perkelahian disebabkan oleh kelakuan turis memgambil foto perempuan muslim berenang dengan burkini. "Perkelahian bukan karena Burkini. Remaja Korsika berusaha membela turis yang mengambil gambar lanskap pantai," ujarnya.
Ia berdalih larangan Burkini ditujukan untuk melindungi komunitas Afrika Utara di Korsika. "Penduduk Sisco hidup dalam ketakutan permanen. Ada banyak provokator di sini. Kami hidup dalam gudang mesiu," ujarnya.
rzn/yf (rtr,afp)