030111 Pakistan Regierungskrise
4 Januari 2011MQM merupakan partai yang mendominasi kota terbesar Pakistan, Karachi, dimana penduduknya didominasi oleh kelompok etnis, yang berimigrasi dari India Utara dan berbahasa Urdu "Muhajir". Sejak beberapa minggu, terbentuk jurang lebar dengan pemerintah, begitu menurut pengamat politik dan pakar Asia Selatan yang berdomisili di Berlin, Christian Wagner.
"Kami mengamati adanya krisis sejak bulan Desember, ketika salah satu partai agama besar, memilih keluar dari Koalisi. Pertengahan Desember terjadi juga konflik pertama antara partai pemerintah Pakistan People´s Party (PPP) dan partai MQM, dimana menteri dalam negeri di provinsi Sindh, menuduh MQM melakukan pembunuhan berencana di wilayah Karachi. Jadi konflik ini sudah berlangsung berminggu minggu dan saya pikir, sekarang, dengan dinaikannya harga bahan bakar merupakan kesempatan untuk keluar dari koalisi," papar Christian Wagner.
Sementara itu, salah satu pemimpin MQM terkemuka, Faisal Subzwari, dalam sebuah wawancara mengatakan perbedaan antara MQM dan PPP, "Pemerintah tengah berjuang menghadapi banyak ancaman. Ya, tentu saja ada masalah dengan ekonomi dan keamanan dalam negeri. Tetapi tantangan yang paling besar sebetulnya sederhana yaitu pemerintahan yang baik."
Terutama setelah bencana banjir yang melanda tahun lalu, pemerintah menjadi sangat tidak populer karena kinerjanya yang tidak efisien. Tidak heran, banyak yang mencoba melepaskan diri darinya.
Saat ini, masih tidak jelas bagaimana kelanjutannya. Hari Senin (03/03), Perdana Menteri Gilani mengadakan pembicaraan dengan partai partai oposisi untuk bernegosiasi mencari dukungan bagi pemerintah. Ironisnya, menurut laporan media, partai PML-Q, bentukan mantan diktator militer Musharraf, telah memberi tanda kesediaannya.
Sementara, pemimpin oposisi Liga Muslim, Nawaz Sharif, tidak akan mengancam pemerintahan demokrasi Pakistan yang labil. Sehingga ia ingin mencegah kejatuhan pemerintah sebelum masa jabatannya berakhir. Banyak pengamat berpendapat, Nawaz Sharif ingin meraup kemenangan pada pemilu yang akan datang.
Rizki Nugraha/dpa/rtr
Editor: Marjory Linardy