Krisis Iklim, Sekjen PBB Kecam Perusahaan Bahan Bakar Fosil
16 Juni 2023Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengkritik tajam perusahaan fosil yang meraup untung besar-besaran saat dunia tengah menghadapi ancaman pemanasan global.
"Tahun lalu, industri minyak dan gas meraup keuntungan bersih sekitar 4 triliun USD (sekitar Rp59 kuadriliun)," ujar pimpinan PBB tersebut usai bertemu dengan organisasi masyarakat sipil untuk perubahan lingkungan di New York, Amerika Serikat. "Namun, tetap saja dari tiap 1 dolar (Rp14.946) yang dihabiskan untuk penambangan dan eksplorasi minyak dan gas, hanya sekitar 4 sen (Rp5.890) yang disumbangkan untuk energi bersih serta penangkapan dan penyimpanan karbon, jika digabungkan."
Guterres menyebut industri fosil harus bertransformasi secara besar-besaran hingga mengarah ke energi bersih "dan menjauhi produk yang tidak sesuai dengan kelangsungan hidup manusia." Dia menambahkan bahwa perusahaan raksasa fosil harus "menghentikan dan menyetop pengaruh dan ancaman hukum yang dibuat untuk menghambat kemajuan."
Guterres singgung tuan rumah COP28, UEA
Sultan Al-Jaber, pejabat Uni Emirat Arab (UEA) yang bakal memimpin konferensi tingkat tinggi PBB soal lingkungan, yakni COP28 pada November mendatang, menyarankan COP28 harusnya lebih berfokus pada pengurangan emisi dibanding menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh. Kegiatan COP28 ini masih tengah dibicarakan oleh para negosiator di Bonn, Jerman.
Menyinggung pernyataan Al-Jaber, Guterres pada Kamis (15/06) menyebut bahwa "masalahnya tidak hanya soal emisi bahan bakar fosil", melainkan "bahan bakar fosil itu sendiri."
Al-Jaber sendiri menjabat sebagai Direktur Pelaksana dan CEO dari perusahaan minyak nasional Abu Dhabi. Anggota parlemen Amerika Serikat dan Uni Eropa mendesak agar Al-Jaber dilengserkan dari COP28 mengingat keterlibatannya di industri bahan bakar fosil.
Guterres menyebut "respons kolektif” dunia soal perubahan iklim ini masih "menyedihkan." Dia menyinggung adanya kenaikan rata-rata 2,8 derajat Celsius pada abad ini, jauh melampaui tolok ukur 1,5 derajat pra-industri yang disepakati dalam Perjanjian Paris tahu 2015 soal perubahan iklim.
Rekor suhu rata-rata tertinggi tercatat pada awal Juni
Sementara itu, Copernicus Climate Change Service (C3S) pada Kamis (15/06) menyebut rata-rata suhu dunia pada awal Juni tercatat sebagai yang tertinggi yang pernah tercatat untuk periode tersebut. Data ini berdasarkan catatan C3S semenjak tahun 1950.
"Dunia tengah mengalami rekor terpanas dalam sejarah di awal bulan Juni, disusul pada Mei yang kurang dari 0,1 derajat Celsius lebih dingin dibanding rekor terpanas pada bulan Mei," terang Wakil Direktur C3S Samantha Burgess. Dia juga setuju bahwa suhu global pada awal Juni melebihi tolok ukur Perjanjian Paris 1,5 derajat.
mh/ha (Reuters, AP, AFP)