Kunjungan di Tengah Kritik
16 Agustus 2011Dalam kunjungannya ke Cina, wakil presiden AS Joe Biden membawa prirotas utama, yaitu dapat mendekatkan kembali hubungan dengan negara yang akan memimpin di masa mendatang tersebut. Lawatan Biden dilakukan di tengah kritikan tajam atas kebijakan fiskal AS.
Selain ke Cina, Biden juga akan mengunjungi Mongolia dan Jepang. Biden mengemban tugas khusus. Di Cina, Biden akan menekan negara itu agar membiarkan nilai tukar mata uang yuan naik cepat terhadap dollar AS. Di Mongolia, Biden akan menyampaikan pujian untuk kesuksesan demokrasi di negara tersebut. Sementara di Jepang, Biden akan memberi dukungan atas usaha Jepang mengatasi bencana tsunami yang melanda negeri itu.
Namun sasaran utama Biden dalam lawatan Asia ini adalah membangun hubungan dengan mitranya, wakil presiden Cina Xi Jinping, yang besar kemungkinannya akan menjadi presiden Cina pada tahun 2013. Penasihat keamanan Biden, Tony Blinken menyebutkan, AS berhasrat menanamkan investasi bagi hubungan kedua negara di masa depan. Sebagai kreditor terbesar AS, Cina menginginkan agar AS membenahi manajemen fiskalnya. Cina bahkan mengecam pemerintahan di Washington. Kubu Republik dan Demokrat di Washington, pada awal bulan ini, telah sepakat menaikan batas plafon utang dan memotong defisit anggaran, namun perdebatan politik telah memicu penurunan ranking kredit yang dilakukan oleh Standard and Poor's.
Sementara, terakhir-terakhir ini, isu-isu menyangkut pelanggaran HAM yang dilakukan Cina dan sengketa Taiwan, seolah menguap seiring problem defisit anggaran yang dihadapi AS.
Terpisah masalah ekonomi dan utang, para pemimpin Cina tampaknya ingin menekan Biden sehubungan dengan rencana penjualan senjata AS, terutama jet tempur F-16, ke Taiwan. Cina memperingatkan penjualan itu akan memicu ketegangan kedua negara berpengaruh tersebut.
Selain bertemu dengan wapres Cina Xi, Biden juga akan bertemu dengan PM Cina, Wen Jiabao, serta Presiden Cina Hu Jintao.
Xi Jinping yang berusia 58 tahun dan dipersiapkan untuk menggantikan Hu Jintao, pada bulan lalu berjanji akan menghancurkan gerakan separatis yang dipimpin oleh Dalai Lama. Pernyataan itu disampaikannya tak lama setelah pemimpin spiritual Tibet tersebut bertemu dengan Presiden AS Barack Obama. Sementara para aktivis mengingatkan Cina masih memenjara sejumlah tahanan politik, termasuk penerima Nobel Perdamaian Liu Xiaobo.
rtr/dpa/afp/Purwaningsih
editor : Pasuhuk