1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lagi, Bom Mobil Meledak di Libanon

26 Januari 2008

Jumat (25/01) setidaknya sepuluh orang tewas dalam ledakan bom mobil di ibukota Libanon, Beirut. Sasaran serangan yang melukai sedikitnya 40 orang tersebut diduga seorang perwira kepolisian.

https://p.dw.com/p/Cy1q
Serdadu Libanon berjaga di depan mobil hangus di tempat kejadian ledakan bom di Beirut, Libanon, Jumat (25/01).
Serdadu Libanon berjaga di depan mobil hangus di tempat kejadian ledakan bom di Beirut, Libanon, Jumat (25/01).Foto: AP

Perdana Menteri Libanon Fuad Siniora mengumumkan hari Sabtu (26/01) sebagai hari berkabung nasional, untuk menghormati Wissam Eid dan sejumlah orang lain yang jtewas dalam ledakan di Beirut, Jumat (25/01).

Kapten Wissam Eid adalah komandan satuan khusus intelijen kepolisian yang disebut Dinas Keamanan Dalam Negeri Libanon. Satuan itu dikenal sangat dekat dengan politisi penting dari kalangan Suni, Saad al Hariri. Saad adalah putera bekas perdana menteri Libanon yang terbunuh di tahun 2005, Rafik al Hariri, yang anti Suriah. Kapten Wissam Eid dan kesatuannya berperan besar dalam penyelidikan kasus pembunuhan Rafik al Hariri.

Di kesatuannya, Wissam Eid bertugas sebagai teknisi komunikasi yang bertanggung jawab melacak komunikasi telepon seluler antara pelaku serangan-serangan di Libanon dan sel militan Islam.

Peristiwa Jumat lalu (25/01) merupakan serangan bom kedua di tahun 2008 ini. Sebelumnya, pertengahan Januari, sebuah bom mobil meledak ketika iring-iringan kendaraan lapis baja milik kedutaan besar Amerika Serikat melintas. Tiga pejalan kaki tewas dan dua penumpang kendaraan kedubes Amerika Serikat terluka saat itu.

Purnawirawan jenderal Libanon Elias Hanna menyebutkan, krisis politik yang berkepanjangan merupakan penyebab rantai kekerasan Libanon. “Libanon sekarang terbuka. Siapa saja dapat mewujudkan kepentingannya. Ini merupakan situasi yang genting. Masa transisi yang berbahaya karena kami masih belum memiliki presiden baru,“ komentarnya.

Lebih dari 30 ledakan bom mengguncang Libanon dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini. Sebagian besar sasaran serangan tersebut adalah politisi dan wartawan yang dianggap anti Suriah.

Omar Nashabe, wartawan dan aktivis pembela hak azasi manusia terkemuka di Libanon mengatakan, "Sebagaimana biasa, dalam kasus-kasus ledakan ini para politisi hanya bisa main tuduh, bahkan sebelum penyelidikan dimulai sekali pun. Namun hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan aparat keamanan dalam mengungkap serangan-serangan itu. Tidak ada kemajuan berarti yang dicapai dalam penyelidikan berbagai serangan yang terjadi di negeri ini. Saya kira seluruhnya sudah lebih dari tiga puluhan serangan yang terjadi dengan sasaran para politisi, wartawan, perwira militer, bahkan juga para perwira anggota pasukan penjaga perdamaian internasional yang juga jadi sasaran.“

Pembunuhan Wissam Eid ini terjadi di tengah sengketa politik antara pemerintah koalisi yang didukung negara barat dan oposisi pimpinan Hisbullah yang sudah terjadi setahun terakhir. Krisis ini melumpuhkan pemerintahan dan institusinya. Pemilihan presiden Libanon oleh parlemen terus menerus mengalami penundaan sejak akhir tahun lalu akibat boikot para politisi pro Suriah.

Calon tunggal presiden Libanon adalah panglima angkatan bersenjata Jenderal Michel Suleiman. Desember lalu, perwira yang dicalonkan sebagai calon penggantinya sebagai Panglima angkatan bersenjata, jenderal Francois el Hajj, tewas pula dalam suatu serangan bom mobil. Jadwal berikutnya untuk pemilihan pesiden Libanon adalah 11 Februari. Itu pun jika tidak ditunda lagi.