Legalisasi Sulut Demam Bisnis Ganja di Jerman
8 Maret 2024Dirk Rehan belum ingin berpesta, meski punya banyak alasan untuk bergembira. Pada tanggal 23 Februari lalu, parlemen Jerman akhirnya meloloskan RUU legalisasi ganja, yang memperbolehkan kepemilikan hingga 50 gram kanabis alias ganja bagi orang dewasa.
Pada hari yang sama, angka kunjungan ke situs internet milik Dirk Rehan melonjak empat kali lipat. Tapi meski demikian, "saya belum berani bersenang-senang,"kata pengusaha perlengakapan budidaya ganja itu.
UU Kanabis sejatinya akan mulai berlaku di Jerman pada April mendatang. Tapi menurut laporan media, impelentasinya akan memakan waktu, sebabnya mengundang kewaspadaan para pelaku usaha. Tapi yang jelas, jika legalisasi berjalan sesuai yang direncanakan, Dirk Rehan akan keluar sebagai salah seorang pemenang bisnis ganja di Jerman.
Di toko onlinenya, Rehan menjual segala bentuk perlengkapan budi daya mariyuana, mulai dari teknik rumah kaca, lampu ultraungu hingga perlengkapan berkebun. Produk andalannya adalah sebuah set perlengkapan berkebun yang terdiri dari sebuah tenda, lampu, filter, serta sensor pengukur kelembapan tanah dan udara. Harga termurah dibanderol 500 Euro atau sekitar Rp. 8,5 juta dan selalu ludes diborong pembeli.
"Orang kini kehilangan rasa segan untuk menanam sendiri mariyuana," kata dia kepada DW.
Banjir rejeki di era legalisasi ganja
Rehan pernah mendekam selama dua tahun di penjara karena ketahuan membantu pengedar menanam ganja. Setelahnya, dia beralih ke bisnis grosir dan mulai menjual produk perkebunan. Setelah legalisasi, dia merasa senang. "Saya akan bisa menawarkan konsultasi secara normal," kata dia.
Dengan empat orang pegawai tetap, dua toko miliknya tahun lalu mencatatkan pemasukan sebesar dua juta Euro atau sekitar Rp. 34 miliar. Tahun ini, dia memprediksi lonjakan laba ke kisaran antara tiga hingga empat juta Euro per tahun.
Sentimen serupa diungkapkan pengusaha lain, termasuk pemasok bibit di Austria atau pedagang grosir di Hamburg. Semua mengakui tingginya gairah konsumen terhadap produk budi daya mariyuana. Dari toko online Grow Guru, misalnya, dituliskan, "saat ini, semua toko dan distributor sedang diserbu pelanggan."
UU Kanabis juga mempermudah dokter memberikan resep kanabis kepada para pasien. "Dampaknya, perusahaan yang saat ini sudah berbisnis dengan ganja medis, akan sangat diuntungkan," kata Finn Hänsel, pendiri Sanity Group yang fokus pada pada bisnis ganja medis atau kanabinoid.
Saat ini terdapat sekitar 200.000 pasies kanabis di Jerman. Jumlahnya diyakini akan terus bertambah. Saat ini, pasar ganja medis mencatatkan laba senilai 200 juta Euro per tahun dan terbatas pada segelintir pemain.
Besar harapan dari kenyataan
Tapi tidak semua diuntungkan oleh legalisasi ganja di Jerman. Terutama yang merugi antara lain perusahaan yang terlalu berharap pada legalisasi total, di mana ganja dijual bebas di toko. Juga para pengimpor atau distributor harus menelan pil pahit karena lapaknya tidak diizinkan beroperasi oleh negara. Menurut UU yang baru, penggunaan rekreasional mariyuana hanya diperbolehkan di rumah atau di klub sosial kanabis sebagai "perkumpulan nirlaba" penanam ganja.
Finn Hänsel, misalnya, harus menjual sebagian usahanya dan memecat sejumlah pegawai. "Kami sebenarnya berharap besar. Tapi setidaknya di pasar farmasi, potensinya masih sangat tinggi," kata pebisnis ganja medis itu kepada DW.
Rapor merah juga dicatatkan Cantourage yang khusus mengimpor dan mendistribusikan ganja medis di Eropa. Sejak naik ke lantai bursa pada akhir 2022 silam, nilai saham perusahaan menyusut menjadi tinggal separuh.
Cantourage menghadapi masalah yang sama dengan Sanity Group, yakni batalnya legalisasi total konsumsi mariyuana untuk keperluan rekreasi di Jerman. "Tapi berbeda dengan perusahaan lain, kami tumbuh baik dan setidaknya tidak merugi," kata direktur Cantourage, Philip Schetter, kepada DW.
Perusahaan di Berlin itu mengklaim punya sebuah klinik kanabis di London. Mereka juga mempekerjakan 50 pegawai di Jerman, serta 25 orang di Inggris, dengan laba tahunan sebesar 17 juta Euro pada 2023. "Untungnya, bisnis kami tidak benar-benar bergantung pada legalisasi ganja," pungkas Schetter.
rzn/as