1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Libanon Kembali Bergolak

22 Mei 2007

Pertempuran yang kembali pecah di Utara Libanon menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/CPGX
Pertempuran di Libanon
Pertempuran di LibanonFoto: AP

Tentang pertempuran di sebuah kamp pengungsi Palestina di Libanon, harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma menulis:

„Waktunya semakin dekat dimana Libanon harus mengambil risiko untuk mengirimkan tentaranya langsung ke medan pertempuran. Tapi sesuai perjanjian internasional tahun 1969 pasukan Libanon tidak berhak menyerbu ke dalam kamp pengungsi. Karena itu saat ini pengepungan adalah satu-satunya senjata tentara Libanon. Di sisi lain kelompok radikal Fatah al-Islam juga mengancam perang berlangsung di luar kamp pengungsi Nahr al-Bared. Pada kenyataannya mereka mengharap bentrokan juga meluas ke kamp pengungsi Palestina lainnya. Dan setelah serangan bom beberapa hari lalu di kawasan pemukiman warga Kristen di Beirut sekarang ketakutan kembali muncul. Terdapat kekhawatiran bahwa kekerasan dapat menyebar ke seluruh daerah ibu kota.“

Sementara Harian Italia lainnya Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar:

„Analisa situasi di dan sekitar Beirut adalah upaya terakhir komplotan Suriah untuk mencegah penyidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa dari mantan perdana menteri Rafik Hariri tahun 2005, dimana Suriah masih dicurigai sebagai tersangka nomor satu. Sebagai boneka dalam permainan ini menurut analisa adalah kelompok radikal Fatah al-Islam. Kelompok ini sendiri percaya mereka berperang di bawah nama Al-Qaida. Dan kemungkinan mereka memang benar-benar termasuk jaringan itu. Tapi sebenarnya kelompok tersebut bekerja bagi mereka yang menggiring Libanon ke dalam kekalutan. Dan bagi Beirut ini adalah ulah Suriah, bagi Palestina Israel yang bersalah dan bagi lainnya itu adalah ulah fundamentalis Islam. Dan inilah ciri yang sulit dilihat dalam fundamentalisme yang tidak jelas di Libanon.”

Tentang situasi di Libanon yang kembali bergolak harian Perancis Le Figaro menulis

“Pihak oposisi pro Suriah tidak akan membiarkan dirinya ambil bagian menuduh pemerintahan Siniora tidak mampu menjaga stabilitas keamanan. Sedangkan pihak oposisi pro Barat menuding ke arah Damaskus. Suriah berada dalam tuduhan menjadi dalang konflik, pada saat PBB tengah mengupayakan hukuman pengadilan bagi pembunuh Rafik Hariri. Sekarang harus dilakukan sesuatu agar kekerasan segera berakhir. Jika pertempuran terus berlangsung sebuah kelompok ekstremis dapat menghasut penduduk untuk melawan militer Libanon dan membangunkan kembali hantu lama perang saudara.”

Libanon diharapkan tidak berbicara dengan pemeras. Demikian komentar harian Inggris The Times. Lebih lanjut harian yang terbit di London ini menulis

“Jawaban strategis dari Beirut dan seluruh dunia harus jelas dan tegas. Damaskus telah mengisyaratkan bahwa ia akan menawarkan pembicaraan regional tentang peningkatan keamanan, yang mencegah para pelaku serangan bunuh diri bertindak di Irak dan teritorium Palestina. Tapi sebaliknya Suriah ingin tetap bergerak bebas di Libanon. Pembicaraan pada prinsipnya dapat diterima tapi tidak dengan pemeras.“