1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Menikmati Malam Panjang di Museum-Museum Berlin

10 Oktober 2019

Setiap tahun, pada malam Long Nights of Museums pengunjung dapat mengagumi koleksi dan instalasi lainnya mulai pukul 18.00 hingga 02.00. Oleh: Iwa Sobara

https://p.dw.com/p/3R1om
Museumsnacht in Berlin mit Iwa Sobara
Foto: privat

Antrian panjang pengunjung terlihat pada Sabtu sore akhir Agustus alu mulai jam 18.00 di depan pintu Museum für Naturkunde Berlin, yang berlokasi di Invalidenstr. 43, Berlin. Pada hari itu, museum yang memamerkan Kerangka Tyrannosaurus Rex yang diberi nama „Tristan Otto" menjadi salah satu dari 75 museum di kota Berlin yang terdaftar untuk event tahunan bertajuk Long Night of Museums atau bahasa Jermannya: Die Lange Nacht der Museen.

Di museum yang memajang kerangka Dinosaurus ini pengunjung juga dapat melihat koleksi dan instalasi lainnya mulai pukul 18.00 hingga 02.00. Selain itu, mereka juga dapat berpartisipasi dalam workshop, tur singkat, dan talk show dengan para ahli.

Iwa Sobara indonesischer Student in Berlin
Iwa SobaraFoto: Privat

Saya dan keluarga tertarik mengunjungi Museum für Naturkunde Berlin atau Museum Sejarah Alam karena ingin memperkenalkan kerangka Dinosaurus kepada anak perempuan saya yang masih berumur empat tahun. Dia cukup antusias ketika diajak ke museum ini. Begitu masuk museum kami langsung disuguhi pemandangan menarik. Di sana ada kerangka Tyrannosaurus Rex bernama "Tristan Otto”. Ini adalah salah satu spesimen Tyrannosaurus Rex terbaik di dunia yang sangat terawat. Kerangka ini sendiri ditemukan pada tahun 2012 di Amerika Serikat. Ini dianggap sebagai penemuan unik di seluruh dunia.

Para ilmuwan melakukan penelitian mengenai fosil tersebut selama bertahun-tahun menggunakan teknologi super canggih. Hasilnya seperti yang bisa dinikmati saat ini, yaitu sebuah kerangka mengesankan dari sekitar 66 juta tahun yang lalu. Kerangka yang memiliki panjang sekitar 12 meter ini sebelumnya seperti layaknya puzzle secara bertahap digabungkan dengan penuh ketelitian oleh tim peneliti. Selain kerangka T-Rex, kami juga dapat melihat kehidupan di zaman purba dahulu kala melalui instalasi media di seputar ruang pameran. Anak saya sangat terhibur ketika dapat melihatnya.

Selain Dinosaurus, kami juga melihat ruang pameran lain seperti berbagai macam bebatuan, fosil-fosil binatang langka, dan berbagai hewan asli dari hampir seluruh dunia. Yang cukup menarik bagi kami adalah sebuah ruang besar yang berisi koleksi ribuan ikan dan amfibi yang diawetkan dalam cairan alkohol dalam botol berbagai ukuran. Di dalam botol-botol tersebut bisa kita lihat berbagai jenis kerangka ikan, ikan yang telah diawetkan dan kulit-kulit ikan. Kami menghabiskan waktu di museum tersebut sekitar satu jam karena masih ada beberapa museum lain yang ingin kami kunjungi pada malam itu.

Ke museum sejarah Jerman Timur

Museum yang kami kunjungi selanjutnya adalah  The DDR Museum. DDR adalah singkatan dari Deutsche Demokratische Republik atau dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan Republik Demokratik Jerman. Di dalam pelajaran Sejarah Dunia kita lebih mengenalnya dengan istilah Jerman Timur.

Negara Jerman Timur kala itu  merupakan sebuah negara Komunis yang berdiri mulai tahun 1949 hingga 1990. Jerman bagian timur diduduki negara adikuasa Uni Soviet setelah Perang Dunia II dan kemudian menjadi salah satu anggota Pakta Warsawa. Negara Jerman Timur  bersatu dengan Jerman Barat pada tahun 1990 setahun sebelum Negara Uni Soviet bubar.

Di museum ini pengunjung dapat belajar sejarah kehidupan di negara Jerman Timur yang cukup terisolasi dari pergaulan dunia saat itu secara interaktif. Kita dapat menambah wawasan pengetahuan sejarah dan mengalaminya secara langsung. Sejak 28 Agustus 2016, pengunjung Museum DDR dapat melihat dan mengalami sendiri sebuah kehidupan di dalam apartemen seluas 120 meter persegi dengan lima kamar dan berperabot asli. Di dalam apartemen itu kita dapat menonton TV di ruang tamu, melihat bagaimana ruang kamar mandi zaman dulu, kamar tidur dengan pemandangan bangunan-bangunan tempat tinggal saat jendela kamar dibuka, rak bumbu di dapur berbau khas dan kompor gas model lama. Kami juga menemukan mobil antik yang menjadi kendaraan pribadi orang Jerman Timur yang bernama Trabi. 

Di bagian lain pameran, bisa kita jumpai bagaimana keseharian orang Jerman Timur menghabiskan waktunya. Mereka misalnya berolahraga dua hingga tiga kali dalam seminggu. Maka tidaklah mengherankan prestasi olahraga Jerman Timur di kancah internasional dapat bersaing. Menariknya selama Jerman berpisah, kedua negara ini pernah satu grup penyisihan di Piala Dunia pada tahun 1974 di kota Hamburg, Jerman. "Perang saudara” di fase grup tersebut dimenangkan oleh Jerman Timur dengan skor tipis 1:0. Gol untuk Jerman Timur secara mengejutkan dicetak oleh Jürgen Sparwasser. Namun, pada final Jerman Barat berjumpa dengan Belanda. Jerman Barat keluar sebagai juara dunia pada tahun 1974 setelah menghantam Belanda dengan skor 2:1. Ini adalah piala juara dunia kedua untuk Jerman Barat setelah sebelumnya pada tahun 1954 di Swiss mengalahkan tim Hungaria sebagai tim favorit waktu itu.

Teknologi canggih di Museum Spionase

Setelah cukup puas menghabiskan waktu di DDR Museum, kami melanjutkan perjalanan kami ke Museumsinsel. Kami berencana mengunjungi beberapa museum yang tentunya sangat menarik seperti Altes Museum, Neues Museum, Museum Seni Islam, Alte Nationalgalerie, Museum Pergamon, dan masih banyak lainnya. Namun, antrian panjang pengunjung di museum-museum tersebut mengurungkan rencana kami. Kami kemudian melanjutkan perjalanan kami ke Deutsche Spionagemuseum atau Museum Spionase Jerman. Di sini para pengunjung diberi wawasan unik tentang dunia spionase. Pengunjung diperlihatkan teknologi canggih ketika seorang agen bekerja namun terkadang aneh. Pengunjung juga dapat menggunakan multimedia dan menikmati layanan interaktif selama berada di sana. Ini merupakan satu-satunya museum mata-mata Jerman yang menawarkan perjalanan mendebarkan melalui waktu dari zaman dahulu kala hingga saat ini dan bahkan ke masa depan.

Museum yang kami kunjungi berikutnya adalah German Cinematheque atau Museum Film dan Televisi. Museum yang terletak di Postdamer Platz ini memiliki koleksi sejarah film dan televisi di Jerman. Di museum ini pengunjung bisa mendapat wawasan tentang perkembangan menarik dari kedua media mulai dahulu kala hingga saat ini. Di museum Film kita dapat mengenal sejarah panjang film Jerman yang telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Sementara itu, sejarah televisi Jerman telah berusia lebih dari setengah abad.

Malam semakin larut, namun animo masyarakat kota Berlin dan sekitarnya bahkan tidak sedikit warga asing dari mancanegara yang menghabiskan malam minggu mereka untuk berkunjung ke museum-museum. Hal itu terlihat dari antrian yang mengular di setiap museum. Sayangnya kami harus mengakhiri kunjungan kami di museum tersebut berhubung hari telah larut. Event tahunan tersebut menyuguhkan wahana edukatif bagi masyarakat khususnya kalangan pelajar bahkan anak-anak. Dengan tiket mulai dari 12 Euro, anak-anak bahkan sama sekali tidak bayar, pengunjung sudah dapat menikmati suguhan tersebut. Selain itu, dengan tiket tersebut kita dapat menggunakan semua moda transportasi massal di kota Berlin tanpa harus mengeluarkan uang lagi mulai dari jam 15.00 hingga 05.00 keesokan harinya.

Bagi saya, ini adalah pengalaman kedua mengikuti program yang sama setelah sebelumnya di ibukota Swiss, Bern, beberapa tahun yang lalu. Keduanya sama menariknya karena menyuguhkan pengetahuan yang dikemas secara menarik.

*Iwa Sobara adalah mahasiswa doktoral di Technische Universität Berlin jurusan Language and Communication

**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: [email protected]. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.