Lukisan Gua Sulawesi Muat Cerita Tertua Manusia?
5 Juli 2024Dilukis dengan pigmen merah dan hitam, lukisan purba di gua kapur di Leang Karampuang, Sulawesi Selatan, itu diperkirakan berusia puluhan ribu tahun lebih tua ketimbang lukisan serupa di Gua Lascaux, Prancis.
"Kita, sebagai manusia, mendefinisikan diri sebagai spesies yang bercerita," kata Maxime Aubert, seorang arkeolog di Universitas Griffith di Australia, yang memimpin penelitian. "Lukisan ini adalah bukti tertua kita melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa pelukis menyampaikan lebih banyak informasi tentang gambar daripada sekadar gambar statis."
Tim arkeolog yang dipimpin Aubert mempelajari lapisan seni yang menutupi dinding gua batu kapur bernama Leang Bulu Sipong 4 di Kabupaten Maros Pangkep.
Penanggalan ulang
Penelitian sebelumnya di gua tersebut menunjukkan bahwa homo sapiens, atau manusia modern, kembali menghuni gua selama ribuan tahun, meninggalkan kisah mereka di dinding antara 27.000 dan 44.000 tahun yang lalu.
Karya purba ini dilestarikan di balik lapisan kalsium karbonat yang terbentuk di dinding gua selama ribuan tahun.
Teknik pelacakan umur sebelumnya, yang disebut penanggalan seri uranium, memperkirakan karya seni tertua itu berusia sekitar 44.000 tahun. Namun pengembangan termutakhir metode analisa laser dari sampel batuan, memungkinkan cara yang "lebih akurat dan efisien" untuk menentukan umur benda seni bersejarah tersebut, kata Aubert.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Metode baru ini mengoreksi perkiraan umur karya seni sebelumnya, yakni mundur 4.000 tahun menjadi sekitar 48.000 tahun yang lalu.
Aubert juga menggunakan metode serupa untuk mengungkap usia lukisan purba di dekat Gua Leang Karampuang. Gambar tersebut menampilkan manusia berinteraksi dengan hewan mirip babi.
Analisis Aubert menemukan bahwa lukisan di Gua Leang Bulu Sipong 4 telah berusia 51.200 tahun, yang menjadikannya adegan naratif tertua yang pernah dilukis oleh manusia hingga saat ini.
Titik emas evolusi manusia
Walaupun demikian, lukisan Gua Leang Bulu Sipong 4 bukan merupakan lukisan tertua di dunia. Gelar tersebut dipegang gambar di Cueva de los Aviones di Spanyol.
Namun seni yang digunakan di Sulawesi jauh lebih rumit, kata George Nash, arkeolog di Universitas Coimbra di Portugal, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Seni gua di Spanyol sebagian besar berupa cetakan tangan, namun seni gua di Indonesia jauh lebih rumit dan kemungkinan besar lebih berisi sebuah cerita. Pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin di Sulawesi mampu diproduksi seni bertaraf tinggi pada saat itu? Sangat sedikit karya seni yang berumur lebih dari 50.000 tahun," kata Nash kepada DW.
Ambang batas 50.000 tahun dipandang oleh para arkeolog sebagai "titik emas" dalam evolusi manusia, karena pada saat itu "manusia modern berpindah ke arah timur menuju Asia, ke Indonesia dan lalu ke Australia, yang pada saat itu dihubungkan oleh sebuah daratan raksasa," imbuhnya lagi.
Pendekatan lebih luas
Di Kalimantan, gambar cadas lain berusia 40.000 tahun ditemukan di pegunungan karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur. Di dalamnya, ilmuwan mencatat ragam torehan pigmen hitam yang menggambarkan satwa-satwa yang telah punah puluhan ribu tahun silam.
Teknik modern dalam mempelajari lukisan purba, dan analisis genetika, telah membantu memetakan penyebaran manusia modern di seluruh dunia dengan akurasi tinggi.
Menurutnya, hingga satu dekade lalu dunia antropologi masih bersifat eurosentris. Namun pendekatan baru yang lebih luas menempatkan ilmu pengetahuan "di titik puncak penemuan hal-hal menakjubkan tentang pergerakan homo sapiens di seluruh dunia dan hubungan kita dengan Neanderthal."
Nash berpendapat, hubungan antarspesies ikut memengaruhi seni gua manusia. "Lima puluh ribu tahun yang lalu adalah tempat berkumpulnya manusia yang bermigrasi dan Neanderthal, di mana mereka belajar dari satu sama lain,” katanya. "Kami tidak tahu apa maksud dari wacana tersebut, tapi salah satu hasilnya bisa jadi adalah seni yang lebih kompleks."
Seni bernarasi dari gua Sulawesi
Kendati masih diragukan, Nash berkeyakinan bahwa gambar cadas di Sulawesi menarasikan cerita masa lalu. "Seperti simbol salib. Setiap penganut Kristen akan mampu membentuk narasi yang kompleks dari satu desain figuratif yang sederhana."
Dia menilai, lukisan tersebut memiliki nilai seremonial atau ritual karena ditemukan di bagian belakang gua, tempat bertukar cerita."
Nash memuji langkah Aubert untuk menganalisis kembali seni gua dengan metode penanggalan yang lebih akurat. Menurutnya, diperlukan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap seni cadas di seluruh dunia.
"Saya yakin kita akan menemukan karya seni yang berusia lebih dari 60.000 tahun,” katanya. "Jika terjadi, maka penemuan itu akan mengubah pemahaman kita tentang manusia modern."
(rzn/as)
Sumber: Narrative cave art in Indonesia by 51,200 years ago. Published in the journal Nature by Oktaviana et al., (2024) https://doi.org/10.1038/s41586-024-07541-7