Macron Berkukuh Membela UU Pensiun yang Kontroversial
18 April 2023Dalam sebuah pidato yang disiarkan melalui televisi pada Senin (17/04), Presiden Prancis Emmanuel Macron membela kebijakan reformasi pensiunnya yang kontroversial.
Ia berkukuh bahwa kebijakan menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun diperlukan untuk menjaga agar sistem pensiun negara tidak runtuh.
"Apakah reformasi ini diterima? Jelas tidak. Meski sudah ada diskusi selama berbulan-bulan, belum ada konsensus yang ditemukan, dan saya menyesalinya. Kita harus mengambil semua pelajaran dari itu,” katanya.
Di sisi lain, serikat pekerja yang selama ini berada di garda depan dalam menentang reformasi, telah berjanji untuk melanjutkan aksi protes mereka.
Saat Macron menyampaikan pidatonya, para pengunjuk rasa melakukan aksi dengan memukuli panci dan wajan di depan balai kota di seluruh negeri. Sementara di Paris, sekelompok kecil pengunjuk rasa melakukan aksi dengan membakar tempat sampah.
Polisi di Kota Lyon melaporkan bahwa pengunjuk rasa tidak hanya membakar tempat sampah, tapi juga melemparkan proyektil ke arah petugas, sebelum kemudian dihalau oleh petugas dengan gas air mata. Pemandangan serupa juga terjadi di kota-kota besar lainnya.
Macron menjanjikan rencana aksi dalam 100 hari ke depan
Macron telah menandatangani reformasi pensiun itu menjadi undang-undang pada Sabtu (15/04), hanya beberapa jam setelah Dewan Konstitusi Prancis menyetujui perubahan tersebut.
Sebelum disetujui Dewan Konstitusi, pemerintah telah menggunakan kekuatan konstitusional yang luar biasa untuk mendorong reformasi tersebut melalui Majelis Nasional tanpa pemungutan suara akhir pada pertengahan Maret lalu.
Namun, menjelang keputusan tersebut Prancis diguncang oleh aksi mogok kerja dan protes besar-besaran, yang terkadang memunculkan bentrok warga dengan kepolisian.
Untuk itu, dalam pidatonya Macron juga meminta jajarannya untuk memulihkan negara dalam waktu 100 hari.
"Di depan kita ada 100 hari ketenangan, persatuan, ambisi dan aksi dalam melayani Prancis,” katanya.
Dia mengumumkan bahwa akan ada negosiasi dalam beberapa bulan mendatang tentang "masalah utama” seperti meningkatkan pendapatan, percepatan karier profesional, dan meningkatkan kondisi kerja termasuk untuk pekerja yang lebih tua.
"Tidak seorang pun, terutama saya, yang bisa terus-terusan menutup telinga atas tuntutan keadilan sosial ini,” katanya.
"Jawabannya tidak ada dalam kekauan atau ekstremisme,” lanjutnya seraya menambahkan bahwa "pintunya akan selalu terbuka” untuk berbicara dengan serikat pekerja.
Pihak penentang rencanakan aksi protes lebih lanjut
Upaya terbaru dari Macron untuk meredakan ketegangan ditolak oleh para penentangnya dengan rencana protes massal pada Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei mendatang.
"Dia memilih mengabaikan Prancis dan mengabaikan penderitaan mereka,” kata pemimpin sayap kanan Marine Le Pen.
Sementara Lauren Berger, yang menjabat sebagai pemimpin serikat pekerja CFDT, mengatakan pidato Macron "tidak ada aksi konkret” untuk gerakan buruh dan mengatakan bahwa Macron "tidak mengucapkan sepatah kata pun” untuk meredakan ketegangan.
gtp/ha (AFP, dpa, Reuters, AP)