Makin Banyak Orang di Asia Tenggara Belajar Bahasa Jerman
11 Januari 2024Antusiasme belajar bahasa Jerman melonjak di Vietnam, terutama setelah pandemi COVID-19 berlalu, kata Arik Jahn, Kepala Departemen Bahasa di Goethe-Institut di Ho Chi Minh City. Jumlah ujian bahasa Jerman di Goethe-Institut telah meningkat lebih dari 150% sejak tahun 2019 dan jumlahnya akan segera meningkat tiga kali lipat.
Di seluruh Asia Tenggara, minat terhadap bahasa Jerman meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang memenuhi syarat duntuk datang ke Jerman. Berdasarkan perkiraan, Jerman misalnya membutuhkan sekitar 150.000 perawat tambahan. Karena itu Jerman membuat kesepakatan baru untuk perekrutan lebih banyak tenaga kesehatan dari Vietnam, Filipina, dan Indonesia.
Di Vietnam saja diperkirakan sekitar 14.000 orang yang sedang belajar bahasa Jerman, di Malaysia 15.000 orang, dan lebih 17.000 orang di Thailand, menurut keterangan Kementerian Luar Negeri Jerman di Berlin. "Mendukung pembelajaran dan pengajaran bahasa Jerman di luar negeri telah lama menjadi prioritas kebijakan luar negeri Jerman di bidang kebudayaan dan pendidikan,” demikian disebutkan.
Bulan Agustus lalu, Kementerian Pendidikan Singapura memulai skema bagi 120 siswa dari 21 sekolah menengah untuk belajar bahasa Prancis atau Jerman sebagai bahasa ketiga, yang merupakan bagian dari kemitraan pemerintah dengan Alliance Française dan Goethe-Institut di Singapura. Lebih dari 1.500 siswa mendaftar untuk uji coba skema ini. Kementerian mengatakan akan meningkatkan jumlah tempat bagi siswa pada pendaftaran tahun 2024 dan memasukkan modul tingkat yang lebih tinggi.
Mengisi kesenjangan di pasar kerja
Alasan utama warga Asia Tenggara untuk belajar bahasa Jerman adalah prospek pekerjaan. "Lonjakan [minat] ini dipicu oleh Undang-Undang Imigrasi untuk Pekerja Terampil yang baru di Jerman,” kata Arik Jahn, menunjuk pada undang-undang yang disahkan Jerman pada November 2023, yang menurunkan hambatan masuk bagi migran terampil dari luar Uni Eropa.
Beberapa dari perubahan ini antara lain menghapus atau menurunkan persyaratan bahasa Jerman. Menteri Tenaga Kerja Jerman Hubertus Heil mengatakan awal 2023 bahwa Jerman akan kekurangan sekitar 7 juta pekerja pada tahun 2035 "jika kita tidak melakukan sesuatu" untuk meningkatkan migrasi.
"Masyarakat melihat bahwa peluang mereka untuk memasuki pasar tenaga kerja Jerman lebih besar dari sebelumnya, dan memiliki pengetahuan Jerman yang baik adalah kunci dari perspektif jangka panjang di negara ini,” kata Arik Jahn.
Austria, yang juga berbahasa Jerman, banyak merekrut perawat dan pekerja kesehatan lainnya dari Asia, terutama dari Filipina. Sebagai bagian dari skema yang disponsori pemerintah, para perawat Filipina ini akan dibayar oleh negara Austria untuk belajar bahasa Jerman begitu mereka tiba di Austria.
Media Vietnam telah melaporkan sejak tahun lalu bahwa banyak pekerja migran telah meninggalkan pekerjaan di Jepang untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih baik di Jerman, termasuk memetik sayuran atau buah-buahan dan pekerjaan berketerampilan rendah lainnya.
Korelasi antara bahasa Jerman dan migrasi
Sebuah makalah yang ditulis oleh Matthias Huber dan Silke Uebelmesser dan diterbitkan pada bulan Oktober 2023 menyelidiki aktivitas lembaga bahasa Jerman di 69 negara antara tahun 1977 dan 2014, serta menemukan adanya korelasi positif antara jumlah Goethe-Institut di suatu negara dan migrasi dari negara tersebut ke Jerman. Dengan kata lain, semakin besar akses penduduk negara lain terhadap pendidikan bahasa Jerman, semakin besar kemungkinan mereka bermigrasi ke Jerman untuk bekerja.
"Mayoritas pelajar tertarik untuk melanjutkan studi mereka di universitas-universitas Jerman,” kata Rudi Herrmann, dari Perhimpunan Malaysia-Jerman, yang berlokasi di Penang, negara bagian yang kaya akan sejarah hubungan dengan Jerman sejak berabad-abad lalu.
Ada pula yang tertarik untuk melakukan program magang, atau pelatihan kerja, sebuah skema yang memungkinkan pelajar dari negara-negara non-Uni Eropa untuk bekerja dan berlatih di perusahaan Jerman sebagai pekerja magang, tambahnya. "Beberapa siswa hanya ingin belajar bahasa lain karena minat pribadi.”
Pada bulan September, Layanan Pertukaran Akademik Jerman DAAD melaporkan bahwa lebih dari 370.000 pelajar pertukaran internasional kuliah di universitas-universitas Jerman pada semester musim dingin yang lalu, sebuah rekor baru yang menempatkan Jerman pada peringkat ketiga dunia sebagai negara tujuan mahasiswa internasional.
"Di masa depan,” kata Arik Jahn dari Goethe-Institut di Ho Chi Minh City, pelajar Asia Tenggara "tidak akan belajar untuk mendapatkan sertifikat bahasa Jerman, mereka akan belajar untuk mencapai kemahiran berbahasa Jerman setinggi mungkin sebelum keberangkatan mereka… Dan ini adalah waktu yang diinvestasikan dengan baik dan akan dihargai oleh para pemberi kerja (Jerman)." (hp/yf)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!