Malaysia Kritik Rusia Perihal MH17
21 Juli 2014
Malaysia kecewa terhadap Rusia karena dianggap gagal memanfaatkan pengaruhnya terhadap kelompok separatis Ukraina yang menguasai lokasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Sebelumnya negeri jiran mengkhawatirkan, pemberontak pro-Rusia bertindak serampangan dalam mengamankan jenazah korban dan bukti-bukti di lapangan.
Charles Santiago, anggota oposisi di parlemen mendesak Perdana Menteri Najib Razak agar gigih bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Rusia dinilai bertanggungjawab atas keamanan lokasi jatuhnya pesawat.
Santiago merujuk pada reaksi yang ditunjukkan Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Australia Tony Abott. "Kita harus melihat reaksi serupa dari Najib," ujarnya.
Australia Kecam Kondisi TKP
Abott sebelumnya dikabarkan berbicara langsung dengan Putin via telepon. Senin (21/7) ia mengkritik situasi "kacau" di lokasi kejadian dan mendesak Putin berbuat sesuatu. "Kabar baiknya Presiden Putin menyampaikan pernyataan yang tepat. Saya tegaskan apa yang ia katakan adalah benar," kata Abott.
"Tantangannya sekarang adalah memastikan Putin menepati janjinya. Ini adalah kepentingan semua negara yang warga negaranya ikut menjadi korban," ujar sang perdana menteri di Canberra.
Sementara tokoh oposisi Malaysia menilai Putin "berada dalam posisi terbaik untuk mengawali dialog antara kelompok separatis, pemerintah Ukraina, Rusia, Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-bangsa."
Malaysia Tuntut Akses
Pesawat MH17 milik maskapai Malaysia Airlines ditembak jatuh di wilayah timur Ukraina yang dikuasai pemberontak. Sebagian pihak yakin, kelompok pro Rusia itu berada di balik penembakan tersebut.
Sementara Menteri Pemudan dan Olahraga Malaysia, Khairy Jamaluddin, menyesalkan tindakan kelompok pemberontak di lokasi kejadian. "Para teroris pro Rusia itu tidak memperlakukan jenazah korban dengan pantas," tulisnya di Twitter. "Putin berjanji akan membantu. Tapi ia tidak melakukannya."
Sementara itu Menteri Transportasi Malaysia, Liow Tiong Lai, dikabarkan telah tiba di Kiev, Minggu (20/7). Ia mengabarkan, tim investigasi internasional masih belum mendapat akses menuju lokasi jatuhnya pesawat yang dikuasai tentara pemberontak.
"Kami menuntut akses langsung dan tak terbatas terhadap lokasi kejadian dan jaminan keamanan terhadap perwira kami dan anggota tim investigasi," kata Tiong Lai di Kiev. "Kalau Ukraina setuju tapi Rusia tidak merespon, itu tidak ada gunanya. Rusia lebih penting karena pengaruhnya di kawasan itu."
rzn/ab (dpa,rtr,afp)